Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa sejumlah mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah mengalami tekanan dari dolar AS akibat harga minyak mentah dunia yang kembali berada di bawah level 40 dolar AS per barel.
"Nilai tukar rupiah melemah. Akan tetapi, pelemahan mata uang domestik itu masih relatif terbatas," katanya.
Menurut dia, harga minyak mentah dunia berpotensi kembali menguat setelah munculnya kabar pembekuan produksi minyak mentah dari beberapa anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Ia menambahkan bahwa terbatasnya pelemahan rupiah itu juga seiring dengan aksi sebagian pelaku pasar uang di Jakarta mengambil untung dari penguatan rupiah sebelumnya.
Ia optimistis harapan perbaikan ekonomi dalam negeri yang masih tinggi dapat mendorong mata uang rupiah kembali bergerak di area positif.
Seperti diketahui, pada 4 April 2016 lalu, lembaga pemeringkat asal Jepang, Rating and Investment Information, Inc. (R&I), kembali mengafirmasi peringkat Indonesia pada level layak investasi.
Sementara itu, Analis Monex Investindo Futures Putu Agus mengatakan bahwa rilis notulen hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan Maret sedang dinanti oleh pelaku pasar uang.
"Diharapkan, notulen itu memaparkan lebih rinci mengenai kebijakan bank sentral AS mengenai kenaikan suku bunga sehingga tidak membuat volatilitas pasar keuangan global bergejolak," katanya.
Sementara menurut Kurs Tengah Bank Indonesia rupiah berada pada 13.223 per dolar AS setelah pada Selasa (5/4) di posisi 13.217 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016