Jika nanti ada kebutuhan `upsize`, ya kami siap nambah,"
Jakarta (ANTARA News) - Realisasi penerbitan surat utang negara syariah atau Sukuk hingga 5 April 2016 mencapai Rp103 triliun atau 73 persen dari pagu dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 sekitar Rp142 triliun.
Dengan realisasi tersebut, Kemenkeu juga menyiapkan opsi untuk memperbesar pagu penerbitan Sukuk, termasuk untuk menghadapi potensi melebarnya defisit anggaran, kata Direktur Pembiayaan Syariah pada Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Suminto dalam Islamic Finance News di Jakarta, Rabu.
"Jika nanti ada kebutuhan upsize, ya kami siap nambah," kata dia.
Rincian realisasi seri Sukuk yang sudah diterbitkan adalah untuk Surat Perbehandaraan Negara Syariah Rp 6 triliun, sukuk ritel Rp 31,5 triliun, sukuk global Rp 33,4 triliun dan Proyek Berbasis Sukuk (PBS) Rp 33,7 triliun.
"Kuartal-III kita juga akan menerbitkan Sukuk ritel sekitar Rp 2,5 triliun plus masih ada sekitar 16 kali lagi lelang reguler," ujarnya.
Menurut Suminto, kebutuhan pembiayaan pembangunan melalui surat berharga negara, termasuk Sukuk semakin meningkat. Pada 2015, realisasi penerbitan Sukuk juga melebihi pagu, dan mencapai Rp118 triliun.
Alokasi Sukuk mencapai 25 persen dari target penerbitan Surat Berharga Negara secara "gross" sebesar Rp 556 triliun.
Di luar Sukuk negara, secara umum di pasar obligasi, Suminto mengakui penerbitan Sukuk masih menemui banyak tantangan dibandingan surat utang konvensional.
Masalah itu terutama dari segi biaya. Namun, otoritas fiskal masih melihat potensi penyerapan Sukuk yang besar, terindikasi dari prospek likuiditas di pasar Sukuk yang memadai.
"Memang ada dua tantangan di Sukuk ini jika dibanding SBN, yakni tax maturity sama cost maturity tapi yang penting buat kita likuiditasnya," kata dia.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016