Gugus tugas AFC bertemu di Kuala Lumpur, Rabu, untuk mendiskusikan masalah seperti campur tangan dalam tugas yang dijalankan asosiasi sepakbola suatu negara, sebagaimana di Indonesia dan Kuwait.
Kedua negara tersebut terkena sanksi skoring dari FIFA, badan sepak bola dunia, sejak tahun lalu.
"Asosiasi sepak bola yang menjadi anggota kami mendapat hukuman karena sesuatu di luar kendali mereka," kata, Mariano V Arfanet Jr, dari Filipina yang memimpin pertemuan itu.
"Sanksi ini berdampak luar biasa bagi asosiasi, yang bukan hanya tidak bisa ikut pertandingan internasional tapi juga kehilangan bantuan dana dari FIFA untuk level grassroots mereka.
"Dampak selanjutnya adalah asosiasi sepakbola negara yang terkena sanksi itu kehilangan sponsor serta dana dari AFC dan FIFA, Dan lebih lanjut berakibat kerugian bagi para stafnya dan batalnya sejumlah proyek," katanya.
AFC meminta FIFA melakukan klarifikasi uraian sanksi untuk kasus intervensi pemerinah, yang menurut mereka bisa menghambat pertumbuhan sepak bola Asia.
Indonesia diskors pada Mei 2015 oleh FIFA sehingga kehilangan hak untuk tampil di kualifikasi Piala Dunia dan Piala Asia.
Sementara itu Kuwait yang terkena sanksi pada Oktober tahun lalu meski kehilangan peluang ke Piala Dunia 2018, namun mereka masuk dalam putaran ketiga kualifikasi Piala Asia 2019 yang akan diundi pada 12 April ini.
"Kita perlu mendukung asosiasi-asosiasi ini untuk memastikan bahwa sepak bola mereka tidak menjadi ketinggalan jauh. Kita juga perlu melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah intervensi pihak ketiga dalam asosiasi sepak bola anggota kita," kata Araneta.
Secara domestik Indonesia, negara ini akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018, dengan sepakbola menjadi salah satu olahraga yang paling ditunggu. Akibat skorsing FIFA itu, Indonesia tidak boleh menggelar pertandingan sepakbola di fora resmi olahraga itu.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016