Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan pembiayaan PT Federal International Finance (FIF) berencana menerbitkan obligasi tahap empat sebesar Rp2,2 triliun pada kuartal II 2016.

"Target penerbitan obligasi perusahaan sebesar Rp10 triliun, sebelumnya sudah dikeluarkan sebesar Rp3,375 triliun, lalu Rp3,5 triliun dan Rp1,5 triliun, jadi ada sisa sekitar Rp2,2 triliun lagi. Penerbitan obligasi ini tahap empat dan akan dikeluarkan pada semester II, namun itu tergantung kondisi pasar," ujar Direktur PT Federal International Finance Suhartono di Jakarta, Rabu.

Ia mengemukakan, penerbitan obligasi pada semester II tahun 2016 itu untuk mendukung target penyaluran pembiayaan kendaraan roda dua yang sebesar Rp30 triliun.

"Pada tahun 2015 total penyaluran pembiayaan sekitar Rp27,5 triliun, kami ingin tahun ini minimal sebesar Rp30 triliun. Kira-kira naik sekitar 13 persen," paparnya.

Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) itu mengaku optimistis target penyaluran pembiayaan akan tercapai seiring dengan kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) serta berkembangnya infrastruktur di dalam negeri.

"Kami optimistis tahun 2016 penjualan roda dua akan naik seiring dengan penurunan harga BBM. Dalam sejarah, ketika harga BBM turun itu penjualan motor naik. Lalu, pembangunan infrastruktur dari pemerintah yang mulai tumbuh, itu biasanya juga turut mendukung," katanya.

Ia mengemukakan pada periode triwulan I 2016, penyaluran pembiayaan sudah mencapai sekitar Rp7 triliun, meningkat tipis dibandingkan periode sama tahun 2015 sebesar Rp6 triliun.

"Berdasarkan data yang ada, dari Januari hingga Maret tahun ini sudah mulai naik meskipun kecil. Saya percaya, periode April sampai Hari Raya Lebaran nanti akan terjadi kenaikan yang signifikan," katanya.

"Siklus itu terjadi dari 10 tahun lalu, ketika April itu pasti naik karena uang untuk pembangunan keluar di periode itu sehingga sampai Lebaran itu jadi titik puncak. Setelah itu mulai landai dalam arti konsisten, nanti di posisi Desember mulai turun karena banyak libur," ujar Suhartono.

Sementara itu, Direktur Utama Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ignatius Girendroheru mengatakan, pasar obligasi di dalam negeri tahun ini akan melanjutkan tren penguatan ditopang fundamental ekonomi domestik.

"Stabilitas ekonomi makro domestik seperti terjaganya inflasi, tren penguatan rupiah terhadap dolar AS menjadi salah satu faktor penopang pasar obligasi domestik," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016