"Saya bersama Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Pareira bertemu dengan Ridwan Kamil di Bandung, pada 23 Februari 2016, meminta Ridwan Kamil tidak maju di pilkada DKI Jakarta," kata Hasto Kristiyanto di sela kegiatan "Perlatihan Manager Kampanye Pilkada Serentak Tahun 2017" di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta Selatan, Selasa.
Menurut Hasto, ketika Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri merayakan ulang tahunnya di Sentul, Bogor, pada 23 Januari 2016, dia memberikan potongan tumpeng pertamanya untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Hal tersebut, kata dia, dapat diartikan oleh kader PDI Perjuangan bahwa ketua umumnya mendukung Ahok dan wakilnya saat ini yang juga kader PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, untuk kembali diusung pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017, meskipun akhirnya Ahok menyatakan maju melalui jalur independen.
"Pilihan alternatifnya semula Ahok, tapi ternyata Ahok memilih jalur perseorangan," katanya.
Menurut dia, PDI Perjuangan tetap menghormati pilihan Ahok yakni mendukung penuh pemerintahan Gubernur DKI Jakarta hingga akhir periodenya pada 2017.
Sikap Megawati tersebut, kata Hasto, harus dicontoh oleh seluruh kader PDI Perjuangan, yakni sikap kedewasaan politik yang menghargai pilihan politik orang lain.
"Bu Mega tetap berkomitmen pemerintahan Ahok-Djarot berjalan dengan baik. Ini kedewasaan politik yang diterapkan Bu Mega," kata Hasto.
Sebelumnya, Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, menyatakan dirinya telah memutuskan tidak akan maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada pilkada serentak tahun 2017, setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo 29 Februari 2016.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016