Demikian hasil survey yang disampaikan iProperty Group Rumah123 berjudul “Asia Property Sentiment Survey” pada semester I/2016.
"Sebanyak 40 persen responden mengaku akan mencari properti mulai saat ini hingga satu tahun ke depan," kata Country Manager Rumah123 Ignatius Untung pada keterangan pers di Jakarta, Selasa.
Menurutnya, minat terhadap properti baru pun masih cukup tinggi dan uniknya, setengah populasi responden mengatakan tidak peduli status properti yang mereka beli baru atau bekas.
"Properti dalam bentuk 'rumah tapak' kembali menjadi preferensi utama, namun 'tanah' juga melejit, menempati posisi kedua jenis properti yang diminati," ujar Ignatius.
Melemahnya nilai tukar rupiah yang berpengaruh ke biaya konstruksi, diyakini menjadi alasan kalangan investor memilih tidak langsung membeli atau membangun properti, di mana para investor memilih membiarkan investasi dalam bentuk tanah.
Ia menambahkan, masyarakat juga meningkatkan ketersediaan budget seiring dengan kesiapan mereka membeli property. Jika sebelumnya budget tersedia di bawah Rp300 juta masih mendominasi lebih dari separuh responden, dalam survei kali ini mencatatkan angka mulai dari Rp300 juta hingga Rp1 miliar menjadi range harga favorit yang dicari 49 persen total responden. Faktor pendorong utama pembelian properti masih berdasarkan pada pertimbangan lokasi, harga, dan akses.
Sebagai catatan, realisasi janji developer saat memasarkan proyek, menjadi faktor utama tingkat kepuasan setelah pembelian.
Sementara itu, Kredit Perumahan Rakyat (KPR) tetap menjadi pilihan utama masyarakat.
Meski demikian, survei kali ini juga mencatatkan pertumbuhan minat masyarakat untuk mencicil langsung ke developer/ kredit inhouse.
Prosedur yang lebih singkat, serta tanpa DP dan bunga, menjadikan metode pembiayaan ini mulai meraih banyak perhatian. Sementara mereka yang melakukan pembiayaan melalui KPR, 80 persen dari total responden menyatakan keinginannya untuk melunasi kredit sebelum tenor selesai.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016