Jakarta (ANTARA News) - Pertamina menargetkan efisiensi finansial senilai 651 juta dolar AS (sekitar Rp8,46 triliun) per tahun melalui transformasi pengadaan minyak mentah dan produk minyak oleh Integrated Supply Chain (ISC).
"Dari insiatif-insiatif dan juga langkah terobosan yang dilakukan ISC sepanjang tahun ini, Pertamina ke depan berpotensi dapat menciptakan nilai tambah dan efisiensi sebesar 651 juta dolar per tahun," ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Menurut Dwi, perkembangan tersebut sangat menggembirakan apabila ruang-ruang pembenahan dapat dioptimalkan sehingga mendatangkan manfaat bagi Pertamina. Adapun, dampak finansial yang dimaksud adalah penciptaan nilai tambah bagi perusahaan dan efisiensi yang dihasilkan.
Transformasi ISC telah melahirkan tiga tahapan penting atau dikenal dengan Fase 1.0 atau fase Quick Win, Fase 2.0 atau fase World Class ISC, dan Fase 3.0 di mana ISC akan menjadi "Talent Engine".
Dari Fase 1.0, ISC telah terbukti memberikan kontribusi nyata bagi kinerja Pertamina secara keseluruhan dengan dihasilkannya efisiensi sebesar 208,1 juta dolar AS sepanjang tahun 2015.
Untuk Fase 2.0, terdapat enam inisiatif yang dikembangkan, yaitu pengadaan minyak mentah berdasarkan nilai keekonomian yang dilihat dari hasil produksi, penambahan daftar minyak mentah yang bernilai ekonomis tinggi yang dapat diolah di Kilang Pertamina, dan kebijakan pengadaan minyak mentah secara berjangka (6 bulan) dengan melakukan pra seleksi untuk minyak mentah yang bernilai ekonomis tinggi.
Inisiatif lainnya adalah negosiasi peningkatan volume minyak mentah domestik yang disuplai kepada Pertamina oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), optimasi pengolahan minyak untuk mendapatkan margin terbaik, serta penyederhanaan syarat & ketentuan (GT&C) dalam pengadaan minyak mentah di RU VI Balongan sesuai dengan standar internasional.
Selain itu, ISC juga akan melakukan sejumlah langkah terobosan yang akan dilakukan sepanjang 2016. Langkah-langkah terobosan tersebut, meliputi pembelian hydrocarbon, baik minyak mentah, kondensate dan LPG yang bersumber dari Iran, Crude Processing Deal untuk minyak Basrah Light Crude.
"Langkah lanjutan reformasi proses pengadaan minyak mentah & produk di Pertamina, maksimalisasi pembelian minyak mentah domestik untuk Kilang Pertamina, dan BTP Implementasi HPS keekonomian dalam pengadaan minyak mentah," katanya.
Sementara, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan pencapaian Pertamina melalui ISC cukup baik dan perlu diapresiasi semua pihak.
"Hal yang perlu diperhatikan tentu mempertahankan capaian kinerja yang sudah baik dan menghilangkan beberapa hal yang kurang efisien," kata dia.
Menurut Komaidi, hal-hal yang kurang baik di masa lalu melalui Petral agar ditinggalkan dan diganti dengan budaya yang jauh lebih baik. "Untuk tahapan likuidasi saya kira masih relatif sesuai dengan rekomendasi Tim Pak Faisal Basri saat itu," kata dia.
Proses likuidasi Petral Group yang terdiri dari Zambesi, Petral, dan PES pada Februari 2016 telah dilakukan formal likuidasi. Proses tersebut lebih cepat dibandingkan dengan target sebelumnya, yaitu Juni 2016.
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016