Bandung (ANTARA News) - Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam menguatkan hubungan masyarakat di negara-negara kawasan Asia dan Afrika, kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kawasan (BPPK), Kementerian Luar Negeri, Salman Al Farisi di Bandung, Senin.

Dia menjelaskan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika 2015 di Jakarta, disepakati pembentukan kerja sama kemitraan strategis baru Asia Afrika atau yang dikenal dengan NAASP (New Asian African Strategic Partnership).

"NAASP telah berusia satu dekade sejak pertama kali dicetuskan pada KTT Asia Afrika tahun 2005 di Jakarta. Namun kerja sama ini masih belum efektif karena rasa kepemilikan dari negara-negara anggotanya masih belum kuat," ujarnya kepada wartawan saat menjelaskan rencana penyelenggaraan Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri (FKKLN).

Selain itu, lanjutnya, hubungan antara masyarakat di negara-negara Asia dan Afrika juga belum kuat karena satu sama lain belum saling mengenal dengan baik.

"Media sangat berperan dalam menguatkan hubungan antar masyarakat ini," kata Salman.

Sementara itu, Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan, Kementerian Luar Negeri, Mohamad Hery Saripudin, mengatakan diplomasi masa kini dapat dilakukan dengan cara "cyber diplomacy".

"Artinya, diplomasi tidak hanya dapat dilakukan oleh para eksekutif, tapi juga para akademisi, pengusaha, bahkan media massa yang sebenarnya turut menentukan jalannya diplomasi antar negara," katanya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, NAASP, yang telah berusia sepuluh tahun, namun belum berjalan optimal dapat dikuatkan dengan membentuk mekanisme kerja sama yang lebih terbuka bagi setiap kalangan.

"Politisi, praktisi diplomasi, akademisi, kalangan bisnis, dan yang penting juga media massa, harus terlibat dalam hubungan kerja sama Asia-Afrika, khususnya NAASP untuk menjadikannya lebih efektif," kata Hery.

Sementara itu, Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia, Pakamisa Augustine Sifuba, menyatakan dukungan atas gagasan pembentukan perhimpunan media massa Asia-Afrika seperti organisasi kantor-kantor berita Asia Pasifik (OANA) dan perhimpunan serupa di wilayah Eropa (EANA).

"Gagasan pembentukan perhimpunan media massa Asia-Afrika sangat baik dan positif untuk memperkuat hubungan antara negara-negara di dua kawasan tersebut. Usulan ini harus mendapat perhatian dan direkomendasikan pada Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri," kata Duta Besar Sifuba.

Dalam rangka mengkaji perkembangan NAAP, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 Aspasaf), Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Pusat Kajian Asia Afrika, Universitas Padjajaran dan Museum KAA dalam menyelanggarakan Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri (FKKLN) dengan tema "Quo Vadis Satu Dekade New Asian-African Strategic Partnership" pada 5 April di Bandung.

Selain pemerintah dan diplomat, forum ini akan melibatkan akademisi, pengusaha, dan kalangan media dalam kerangka kerja sama NAASP yang diyakini dapat memperkuat hubungan antara kawasan Asia dan Afrika.

Pewarta: Libertina Widyamurti Ambari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016