Skandal yang dinamai "Panama Papers" itu membeberkan persekongkolan keuangan antara para politisi dan tokoh-tokoh global termasuk kroni Presiden Rusia Vladimir Putin, para sahabat perdana menteri Inggris, Islandia, Pakistan dan Presiden Ukraina.
Mengingat menaruh uang di perusahaan-perusahaan asing sebagai tindakan ilegal, para wartawan yang menerima bocoran dokumen itu mengatakan bahwa mereka memiliki bukti penggelapan pajak, pencucian uang, pengabaian sanksi, transaksi narkoba atau kejahatan-kejahatan lainnya.
Firma hukum bernama Mossack Fonseca yang kabarnya menangani lebih dari 240 ribu perusahaan asing untuk para klien di seluruh dunia itu membantah melanggar hukum dan menyebut dirinya korban kampanye antiprivasi.
Kremlin menyebut dokumen-dokumen bocor itu tidak memuat hal baru dan nyata, sedangkan juru bicara Perdana Menteri David Cameron menyebut laporan kaitan mendiang ayah sang perdana menteri dengan sebuah perusahaan di luar negeri sebagai masalah pribadi.
Namun Prancis, Jerman, Australia, Austria, Swedia dan Belanda bergegas menindaklanjuti penemuan itu guna menyelidiki berbagai tuduhan yang didasarkan pada lebih dari 11,5 juta dokumen itu.
Sebaliknya perbankan menjadi sorotan karena dianggap membantu klien-kliennya menyembunyikan kekayaan para tokoh itu di luar negeri, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016