Faktor tersebut di luar kemampuan manusia. Kita berharap di tahun 2016 iklim basah maupun kering tidak terjadi berkepanjangan,"

Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) memperkirakan 2016 akan menjadi tahun yang "agak berat" bagi industri tebu nasional.

Alasannya, pada tahun 2015 terjadi musim kemarau panjang yang menyebabkan vegetasi tebu terganggu dan pemupukan juga menjadi tidak maksimal. Inilah yang membuat produksi tebu di tahun 2016 bisa berkurang, kata Ketua Umum Dewan Pembina DPP APTRI Arum Sabil.

"Faktor tersebut di luar kemampuan manusia. Kita berharap di tahun 2016 iklim basah maupun kering tidak terjadi berkepanjangan," kata Arum di Sekretariat Asosiasi Gula Indonesia (AGI) di Jakarta, Senin.

Dia melanjutkan, faktor alam tersebut menjadi salah satu penyebab menurunnya luasan lahan tebu pada tahun 2015.

Pada tahun 2015, Arum menyebutkan bahwa luasan total sekitar 475.000 hektare secara nasional, lahan tebu menyusut sekitar 20 persen dengan penurunan produktivitas sekitar 10--15 persen.

Penyebab lain, lanjut dia, adalah di tahun 2015 pemerintah kurang memperhatikan petani tebu. Ketika itu, pupuk sulit didapatkan dan maksimal bisa digunakan untuk maksimal dua hektare, yang menyebabkan tebu tidak tumbuh dengan baik.

"Jadi, kalau ingin menyukseskan target swasembada gula pada tahun 2018, pemerintah harus membantu pembiayaan petani, menyediakan pupuk dan memperbaiki pabrik," kata Arum.

Dia menyarankan pemerintah tidak membebankan biaya perbaikan pabrik seluruhnya kepada BUMN, tetapi memasukkannya ke dalam APBN.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016