Makassar (ANTARA News) - Menjelang pelaksanaan Ujian Nasional, kunci jawaban diduga beredar luas di Kota Pare-pare, Sulawesi Selatan bahkan dihargai Rp300 ribu per siswa untuk jaminan jawaban.
"Berdasarkan informasi yang sudah A1 kunci jawaban beredar luas di sekolah SMA Negeri 1 Pare-pare dan siswa diwajibkan membeli kepada salah satu oknum," ungkap Ketua Ikatan Guru Indonesia Ramli Rahim melalui pesan pendek diterima, Minggu.
Berdasarkan informasi yang dia terima, satu kunci jawaban dihargai Rp300 ribu dengan syarat minimal 80 persen siswa harus membeli kunci jawaban tersebut bahkan mulai berlangsung sejak Januari lalu.
"Hal inilah yang membuat siswa malas belajar karena sudah punya kunci jawaban. Ini yang harus segera ditindaki secepatnya agar tidak menjadi presenden buruk nantinya," katanya.
Menurut dia kunci jawaban itu untuk Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Sesuai informasi yang masuk, kunci tersebut akan diberikan sebelum 30 menit pelaksanaan Ujian Nasional.
"Metodenya software UN CBT atau berbasis komputer akan di hack alias di bobol ahli komputer sehingga akan muncul pasword berdasarkan pesan pendek yang diterima peserta ujian yang sudah terlanjur membeli," bebernya.
Selain itu Metode alternatif lainnya software akan didapat setelah software telah sampai ke Dinas Provinsi Sulawesi Selatan dan kabupaten kota.
Kunci tersebut, lanjut dia akan disebarkan melalui Short Message Service (SMS) pesan pendek ataupun dengan cara lain melalui selebaran kecil. Hal inilah yang menjadi persoalan karena lemahnya pengawasan.
"Hingga saat ini hampir 90 persen siswa SMA 1 Pare-pare sudah beli kunci. Dan diketahui sementara oknum tersebut ternyata salah satu tim yang mempromosikan kunci jawaban adalah alumni SMA Negeri 1 Parepare," bebernya.
Kendati demikian, pihaknya menduga adanya persekongkolan dengan tenaga pendidik yang pura-pura tidak mengetahui adanya kunci jawaban yang diperjualbelikan oknum tertentu.
"Ada dugaan pihak sekolah pura-pura tidak tahu padahal ini sudah menjadi rahasia umum. Informasi ini pun disebutkan bahwa guru hanya mengajar pengayaan dengan seadanya saja, karena mereka berpikir biar bagaimana pun kunci jawaban sudah dimiliki siswanya,"
Rahim menambahkan informasi tersebut diperoleh dari tim guru yang melakukan penelusuran dengan metode tanya jawab kepada salah satu siswa di sekolah tersebut yang menolak membeli kunci jawaban itu serta meminta namanya tidak publikasikan dengan alasan keamanan.
Pewarta: Darwin Fatir
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016