Di antara benih tumbuhan langka yang tersimpan di pusat riset dan pelestarian yang dibentuk tahun 2008 itu ada benih spesies pinus squamata atau pinus Qiaojia yang sangat terancam punah. Kini hanya ada 29 jenis pohon itu yang tumbuh di China.
Secara keseluruhan, lembaga yang dijuluki "Bahtera Nuh" itu sekarang menyimpan 67.800 kumpulan benih dari 9.129 lebih spesies tumbuhan dari 45 negara dan kawasan.
Tahun 2020, lembaga ingin memperbanyak koleksi menjadi 100.000 set benih dari 10.000 spesies, kata Li Weiqi, wakil direktur pusat riset dan pelestarian tumbuhan itu.
Januari tahun ini, benih 346 spesies tumbuhan tiba di pusat riset itu dari Royal Botanic Gardens di Kew, Inggris.
"Ini gelombang keenam dari benih-benih asing yang tiba di pusat kita," kata Li kepada kantor berita Xinhua.
Saat ini, bank plasma nutfah itu menyimpan 1.197 set benih dari negara asing, masing-masing set berisi ribuan benih.
Di samping bekerja sama dengan 85 lembaga riset dan pusat pelestarian di China, bank plasma nutfah itu bekerja dengan mitra-mitra internasional seperti Kew Gardens dalam mengumpulkan spesimen cadangan, serta melakukan pertukaran dan penelitian.
"Program cadangan kita dengan Kew Gardens sangat penting dalam melestarikan sumber-sumber benih global," kata Li.
Sekarang ini, benih-benih yang dikumpulkan setidaknya harus memenuhi tiga standar yakni langka, endemik atau secara ekonomi penting. Setiap set benih yang dikumpulkan mencakup 2.500 benih.
Benih-benih yang masuk ke bank plasma nutfah akan diidentifikasi, didaftar, dihitung dan dibersihkan.
Setelah pembersihan, mereka menggunakan sinar X untuk memeriksa kemungkinan adanya lubang atau kerusakan pada benih.
Benih-benih itu selanjutnya akan dikeringkan dan dibekukan dalam wadah kaca.
"Sebagian benih bisa bertahan hidup puluhan atau ribuan tahun," kata Li.
Guna memastikan benih-benih itu dapat terus bertahan, para ilmuwan "membangunkan" beberapa biji dari keadaan dorman setiap lima sampai 10 tahun.
"Kami mengambil sampel dan menguji kemampuan mereka untuk tumbuh," kata teknisi di pusat penelitian itu, Yang Juan.
Data statistik menunjukkan setiap tahun sekitar 300 spesies tumbuhan atau hewan liar China mati atau mendekati kepunahan.
"Ketika spesies-spesies ini musnah akibat bencana alam seperti kebakaran, kebekuan dan wabah hama, atau malapetaka lainnya, kami akan mengaktifkan benih-benih ini dan menghidupkan kembali spesies," kata Li.
Penerjemah: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016