Gorontalo (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan Indonesia masih kekurangan tenaga guru besar, yang di perguruan tinggi negeri porsinya masih sangat kecil.
"Jumlah guru besar di Indonesia baru 15 sampai 20 persen di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN), padahal idealnya adalah 50 persen dari jumlah dosen di PTN itu," ujar Menristekdikti saat mengunjungi Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo, Kamis.
Di Universitas Negeri Gorontalo, lanjut dia, persentase guru besar yang ada cukup baik yakni sekitar 30 persen dari jumlah dosen.
Jumlah guru besar di UNG sebanyak 30 orang dari 750 dosen di universitas tersebut.
Menristekdikti menyebut penyebab utama kurangnya jumlah guru besar karena sedikitnya jumlah dosen yang bergelar doktor. Kemudian kalaupun ada dosen yang bergelar doktor, sedikit yang melakukan penelitian.
"Hal ini yang akan kami terus dorong. Kami akan melakukan pendampingan terhadap para doktor untuk melakukan penelitian, kalau meningkat maka hasilnya akan semakin baik," tambah dia.
Selain itu, Indonesia juga mengalami persoalan jumlah dosen yang berkualisifikasi. Sampai saat ini, ada setidaknya 53.000 dosen yang masih bergelar sarjana. Padahal berdasarkan UU Guru dan Dosen, hingga 31 Desember 2015 tidak ada lagi dosen yang bergelar sarjana.
Dosen yang bergelar pascasarjana sebanyak 134.522 atau 58,33 persen. Sementara yang bergelar doktor baru sekitar 26.199 dosen atau 11,36 persen.
"Permasalahan lainnya adalah sangat sedikit publikasi ilmiah dosen dan hak karya intelektualnya juga sedikit," terang dia.
Nasir mengatakan pihaknya mendorong dosen yang masih muda-muda untuk kuliah ke luar negeri melalui LPDP. Sehingga tidak ada alasan dosen tidak melanjutkan pendidikan.
Rektor Universitas Negeri Gorontalo, Syamsu Qamar Badu, mengatakan pihaknya mendorong dosen-dosennya di universitas tersebut untuk melanjutkan pendidikan.
"Cukup banyak yang melanjutkan pendidikan, sebagai gantinya kami mengundang dosen tamu dari luar untuk mengajar di universitas kami selama dosen-dosen itu melanjutkan pendidikan," kata Syamsu.
Pewarta: Indriani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016