"Ribuan unggas yang mati mendadak tersebut berada di Kecamatan Sagaranten, Tegalbuleud, Kabandungan dan Cikidang," kata Kepala Dinas Kabupaten Sukabumi Iwan Karmawan di Sukabumi, Kamis.
Di Kecamatan Tegalbuleud mencapai 2.200 ayam dan 200 bebek, Sagaranten 110 ayam dan 12 bebek, kemudian di Kabandungan sekitar 185 ayam dan di Cikidang 105 ayam dan 28 bebek yang mati mendadak.
Menurutnya, seluruh unggas yang mati mendadak tersebut dipelihara oleh masyarakat dengan sistem kandang tradisional yang setiap kandangnya hanya berisi lima sampai 10 ekor.
Sejauh ini kematian mendadak unggas baru dilaporkan oleh warga dan belum ada laporan dari perusahaan atau usaha peternakan besar. Dari hasil penelitian terhadap sampel unggas yang mati mendadak tersebut seluruhnya positif flu burung.
"Untuk antisipasi penyebaran flu burung, kami sudah menurunkan petugas untuk memberikan vaksinasi secara masal ke lokasi-lokasi rawan penyebaran penyakit hewan ternak yang bisa menjangkiti manusia ini," tambah Iwan.
Sementara, Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokasi Indonesia (Himpuli) Ade M Zulkarnain mengatakan walaupun akibat serangan flu burung ini belum berdampak besar kepada para peternak unggas lokal, tetapi diyakini akan mengganggu mulai dari pembibitan hingga pemasaran.
Pihaknya meminta pemerintah untuk segera menindak lanjuti permasalahan ini apalagi unggas yang mati mendadak di empat kecamatan tersebut positif flu burung. Selain itu, pihaknya juga meminta Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dan Dinas Peternakan Jabar untuk menghentikan sementara pengiriman DOC (Daya Old Chick) dari Jabar ke daerah lain.
"Kami juga meminta kepada pemerintah untuk memeriksa dan memantau para pengusaha pemibibitan dan pembesaran ayam agar sesuai standarisasi pembibitan dan bio security yang dilakukan para peternak lokal," katanya.
Pewarta: Aditya A Rohman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016