Jakarta (ANTARA News) - Untuk kesekian kalinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (IKIP PGRI) Madiun di Jawa Timur bergabung dengan 450 perguruan tinggi lainnya mengirim dosen pembimbing lapangan dan mahasiswanya mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (posdaya) di Madiun dan daerah sekitarnya.
Tidak kurang dari 500 mahasiswa dengan para dosen pembimbingnya pekan lalu disebar ke seluruh kabupaten/kota di Madiun dan sekitarnya.
Mereka menyebar dan tinggal di desa-desa bersama keluarga desa mengajak seluruh keluarga desa bergabung dalam kelompok yang sudah ada di desanya.
Kelompok-kelompok itu diajak menyatu dalam forum silaturahmi dan sekaligus forum yang menyatukan kegiatan mereka dalam wadah bersama yang dinamakan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya).
Keputusan Rektor IKIP PGRI Madiun Dr H Parji, M.Pd, dan Ketua LPPM Dr Fida Chasanatun, M.Pd untuk menggelar KKN tematik posdaya dengan mengerahkan hampir lima ratus mahasiswa berkunjung dan menetap di desa selama sekitar satu setengah bulan membantu penduduk dan keluarga desa mengembangkan Posdaya di desa-desa di beberapa kabupaten itu tidak diambil secara mendadak.
Beberapa waktu lalu para rektor yang tergabung dalam perguruan tinggi binaan PGRI dari seluruh Jawa Timur telah menggelar pertemuan di perguruan tinggi yang sama.
Rektor IKIP PGRI Madiun itu menjadi tuan rumah pertemuan yang menghasilkan kesepakatan bahwa perguruan tinggi PGRI, berdasar pengalaman dari beberapa yang telah mengadakan kegiatan KKN tematik posdaya, dan ternyata memperoleh manfaat yang tinggi, untuk bergerak bersama masyarakat.
Para Rektor sepakat semua perguruan tinggi ikut dalam kegiatan KKN tematik Posdaya itu.
Untuk memenuhi keinginan tersebut, sebelumnya para mahasiswa dan dosen pembimbing terlebih dulu memperoleh pembekalan yang lengkap dalam membentuk dan mengisi Posdaya yang akan dibentuknya di desa-desa.
Secara kebetulan tahun ini adalah awal dari usaha untuk membawa pesan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan, yaitu pembangunan untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia sekaligus memelihara kelestarian dari sumber daya alam lokal dan kearifan lokal dari seluruh kekuatan pembangunan yang ada di semua desa dan kampung.
Upaya memelihara kemampuan sumber daya lokal itu adalah agar anak cucu bisa melanjutkan pembangunan dan menikmati hasil pembangunan untuk masa yang panjang dan selalu bisa menikmati hasil dari pengolahan yang dikerjakannya dengan adanya sumber daya yang makin melimpah.
Target pemeliharaan sumber daya alam lokal ini berbeda dengan strategi lima belas tahun terakhir dalam rangka pembangunan Abad Millennium yang baru saja berakhir.
Di masa lima belas tahun terakhir targetnya hanya semata-mata guna meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM), tetapi lima belas tahun yang akan datang target peningkatan IPM itu disertai pemeliharaan sumber daya alam dan kekayaan lokal atau memelihara "ecological footprint " guna anak cucu di kemudian hari.
Para mahasiswa yang sudah dilengkapi dengan ilmu dan keterampilan harus menyatu dengan pejabat dan sesepuh desa untuk segera mengajak semua keluarga desa membentuk kelompok dan mempersatukan keluarga prasejahtera dengan keluarga lainnya.
Keluarga yang lebih makmur diajak menolong dan mendampingi keluarga yang masih tertinggal, yaitu keluarga prasejahtera agar bisa mengikuti pelatihan untuk hidup sehat dan sejahtera.
Selanjutnya diajak berlatih ketrampilan agar bisa mengembangkan usaha ekonomi produktif dan membentuk usaha ekonomi mikro, seperti halnya mengolah kekayaan alam yang ada di sekitar desanya.
Pengolahan itu biasanya dilakukan untuk melayani kebutuhan masyarakat desa agar hasil olahannya laku jual dan menguntungkan.
Apabila bisa mengolah bahan baku di desa untuk dapat dijual, di kemudian hari dapat diciptakan produk lain yang memerlukan usaha yang lebih keras agar laku jual dan menguntungkan.
Produk-produk ciptaan baru itu bukan tidak dibutuhkan, tetapi biasanya kebutuhan itu bisa ditunda karena kebutuhan yang sangat esensial diperlukan terlebih dulu.
Kalau kebutuhan pokok tersebut telah dapat dipenuhi, biasanya keluarga desa pun sanggup membeli kebutuhan lain yang tidak terlalu diperlukan tetapi bisa dinikmati untuk kesenangan yang lebih luas.
Dalam kegiatan KKN tematik kali ini, IKIP PGRI Madiun bertekad akan mengajak SMK di sekitarnya untuk ikut aktif agar mereka bisa berbagi dengan masyarakat dan keluarga desa berlatih keterampilan dan menghasilkan industri mikro yang mengolah bahan baku yang menyebar luas di Madiun dan kabupaten/kota sekitarnya.
Daerah-daerah pada umumnya kaya dengan produk lokal yang dengan kemasan yang baik akan bisa menjadi produk unggulan yang menguntungkan.
Rektor juga akan mengajak dosen pembimbing dalam bidang industri elektronika untuk mengembangkan sistem pemasaran daring (online) agar produk dari daerah Madiun dan sekitarnya bisa dikemas dengan cara modern dan dipasarkan secara daring.
Pemasaran jenis baru ini memungkinkan adanya jaringan yang luas dan menguntungkan.
Para mahasiswa yang umumnya akan dikirim ke pedesaan sudah menginjak pada semester yang kedelapan, sehingga sesungguhnya mereka sudah siap menjadi sarjana.
Karena aslinya IKIP, maka pada umumnya mereka pada awalnya mempersiapkan diri guna menjadi sarjana bidang kependidikan dengan variasi menurut pilihan setiap mahasiswa.
Kesempatan ini merupakan kesempatan di lapangan bagi para mahasiswa guna langsung bergaul dan mencoba mempraktikkan ilmunya menjadi "guru" di lapangan langsung berhadapan dengan rakyat banyak.
Para mahasiswa harus mempersiapkan diri dengan baik agar kepercayaan pada diri sendiri tinggi sehingga segala pelajaran kuliah yang selama ini diterima dapat menjadi bahan respons yang memuaskan kepada khalayak yang lebih luas.
Para mahasiwa harus yakin bahwa segala sesuatu yang diberikan kepada rakyat banyak tidak saja mengacu kepada basis yang disepakati PBB baru-baru ini, tetapi memiliki landasan ilmu yang segera dapat mengangkat martabat rakyat di tingkat pedesaan.
*) Penulis adalah perintis Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), dan mantan Kepala BKKBN
Oleh Prof Dr Haryono Suyono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016