Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore bergerak melemah sebesar 43 poin menjadi Rp13.385 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.342 per dolar AS.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa sebagian besar mata uang di kawasan Asia mengalami koreksi terhadap dolar AS menjelang pidato para pejabat bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada pekan ini mengenai rencana kenaikan suku bunga acuannya.
"Investor cukup berhati-hati menunggu pidato dari para pejabat the Fed, diharapkan memberi sinyal pasti mengenai rencananya untuk menaikan suku bunga sehingga tidak membuat gejolak di pasar keuangan," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa harga minyak yang kembali mengalami koreksi hingga di bawah level 40 dolar AS per barel menambah sentimen negatif bagi mata uang komoditas, termasuk rupiah.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Selasa (29/3) sore ini, berada di level 38,82 dolar AS per barel, turun 1,45 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 39,62 dolar AS per barel, melemah 1,61 persen.
Sementara itu pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengatakan bahwa sentimen eksternal lebih mempengaruhi pelemahan mata uang rupiah, sementara dari dalam negeri sentimennya nisbi cukup positif.
"Fundamental ekonomi masih positif, apalagi paket kebijakan ekonomi jilid XI telah dikeluarkan. Paket kebijakan yang menyasar untuk meningkatkan investasi akan menjaga fundamental ekonomi domestik," tuturnya.
Menurut dia, akumulasi sentimen positif internal itu serta proyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2016 ini dapat tumbuh di kisaran 5 persen membuat ruang penguatan bagi rupiah masih terbuka.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (29/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.363 dibandingkan hari sebelumnya (28/3) Rp13.323.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016