Surabaya (ANTARA News) - Beberapa SMA/SMK swasta di Surabaya menggelar "geladi bersih" Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) dengan latihan "try out" daring atau "online" untuk pertama kalinya, meskipun pekan depan pelaksanaan UNBK telah dimulai.
Kepala Sekolah (Kepsek) SMA Budi Sejati Surabaya, Mohammad Asikun, di Surabaya, Senin, mengatakan sekolahnya baru pertama kali mengikuti simulasi UNBK, karena baru melengkapi sarana prasarana untuk mengikuti UNBK, sehingga sisa waktu dimanfaatkan untuk mengikuti latihan "try out online".
"Setelah bimbingan belajar, para siswa selalu latihan, apalagi ada beberapa siswa yang kurang mengenal teknologi. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa menggunakan komputer dalam mengerjakan soal karena awalnya sekolah kami mengajukan pelaksanaan Ujian Nasional dengan kertas," katanya.
Namun karena keputusan Pemerintah Kota Surabaya untuk melaksanakan UNBK 100 persen, maka sekolahnya memutuskan untuk melakukan pengadaan komputer agar bisa memenuhi UNBK.
"Awalnya kami hanya punya 10 komputer yang dinilai masih kurang untuk 35 siswa, jadi kami meminta salah satu guru yang bisa merakit 10 komputer dan juga dua server dengan menghabiskan dana sekitar Rp20 juta untuk kelengkapan sarana dan prasarana," kata dia.
Ia mengatakan jumlah ini dinilai sudah minim, mengingat untuk dua server saja menghabiskan Rp5,6 juta, sedangkan bantuan dana dari pemerintah juga belum ada kepastian besarannya. Bantuan tetap tidak bisa menutup pengeluaran untuk UNBK, tahun lalu besarannya dihitung setiap ruang yang digunakan.
"Pengadaan secara mandiri ini lebih menguntungkan dibandingkan menumpang sekolah lain karena ke depannya pembelajaran siswa sudah dilengkapi sarana komputer. Untuk pelaksanaan UNBK pada hari H, kami tidak menyiapkan genset tetapi sudah melakukan koordinasi dengan PLN," terangnya.
Sementara itu, di SMK Puruhita Surabaya memilih melaksanakan "geladi bersih" UNBK di sekolah yang ditumpangi, yaitu SMKN 6 Surabaya. Siswa memakai komputer sewaan yang ditempatkan di SMKN 6 Surabaya.
Wakil Kepsek SMK Puruhita Surabaya, Mingnarto menjelaskan 15 siswanya tidak mengalami kendala teknis yang berkaitan dengan jaringan internet, hanya saja perangkat "headset" yang dipakai untuk soal listening Bahasa Inggris tidak semuanya bisa digunakan.
"Kami menyediakan Random Access Memori (RAM) untuk 15 komputer yang dipakai siswa kami. Komputernya dari SMKN 6 Surabaya, namun headset tidak disediakan, sehingga siswa diminta membawa sendiri-sendiri yang sesuai dengan komputer," tuturnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Surabaya Ikhsan menuturkan pihaknya sampai saat ini berkoordinasi dengan Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) dan proktor di sekolah, hingga finalisasi dilakukan pada 31 Maret sampai 2 April mendatang, agar seluruh masalah dapat ditampung dan dicarikan solusi.
"Namun jika persoalan di lapangan tidak dapat tertangani, opsi testing center akan kembali diberlakukan, khususnya sekolah yang bermasalah terkait dengan perangkat UNBK. Untuk membuka testing center itu mudah, sewaktu-waktu bisa," tandasnya.
Pewarta: Indra Setiawan/Laily Widya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016