Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan dolar AS kembali menguat terhadap mayoritas mata uang kawasan Asia, termasuk rupiah, sejalan dengan membaiknya ekonomi Amerika Serikat.
Pada periode kuartal IV 2015 ekonomi Amerika Serikat tumbuh 1,4 persen, lebih tinggi dibanding pertumbuhan periode sebelumnya yang hanya satu persen.
"Ruang pelemahan rupiah masih tersedia melihat sentimen penguatan dolar AS di pasar global masih kuat. Itu menandakan perlambatan ekonomi AS tidak seburuk yang diperkirakan sebelumnya," katanya.
Wakil Presiden Riset dan Analisis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan kinerja ekonomi Amerika Serikat yang pada kuartal keempat 2015 membaik membuat dolar AS melanjutkan tren positifnya terhadap mayoritas mata uang utama dunia.
"Membaiknya perekonomian Amerika Serikat dapat menjadi petunjuk bagi pelaku pasar uang mengantisipasi keputusan bank sentral AS (The Federal Reserve) mengenai kenaikan suku bunga acuannya," katanya.
Kendati demikian, menurut Rangga, dalam jangka menengah rupiah masih berpotensi bergerak naik menyusul rencana pemerintah memangkas harga bahan bakar minyak (BBM) pada akhir Maret 2016.
"Kebijakan pemerintah itu diperkirakan mampu mengembalikan ekspektasi inflasi rendah yang juga akan membantu meredakan tekanan pelemahan rupiah lebih dalam," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016