Kairo, (ANTARA News) - Tim aju kemanusiaan Indonesia sepanjang hari Selasa berbelanja obat-obatan ke sejumlah pusat farmasi yang ada di Kairo, Mesir, untuk dibawa ke perbatasan Mesir-Jalur Gaza.
Wartawan ANTARA melaporkan kegiatan berbelanja obat itu dilakukan Pusat Pengendalikan Krisis Departemen Kesehatan (Depkes) yang mewakili pemerintah Indonesia,"Medical Emergency Rescue Commitee" (MER-C) Indonesia dan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI).
Tim yang berangkat sejak Selasa pagi pukul 09.00 waktu setempat (14.00 WIB), baru kembali ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo pada Selasa malam pukul 21.15 waktu setempat atau Sabtu (7/1) dinihari pukul 02.15 WIB.
ANTARA yang mengikuti perjalanan tim MER-C dibawah koordinasi Presidium MER-C dr Jose Rizal Jurnalis menuju daerah Maan.
Beberapa obat-obatan yang dibutuhkan, seperti obat untuk pembiusan ternyata tidak tersedia, dan pihak penyedia hanya memberikan alamat perusahaan sejenis agar bisa didatangi. Namun, waktu sudah memasuki malam hari, dan pada hari Rabu (7/1) adalah hari libur nasional di Mesir, sehingga beberapa perusahaan tutup lebih awal.
Pencarian obat-obatan yang belum diperoleh kemungkinan akan dilanjutkan pada Rabu pagi.
"Untuk belanja obat-obatan hari ini, yang dibelanjakan MER-C sebesar Rp100 juta, belum termasuk obat-obatan untuk pembiusan yang belum diperoleh. Insya Allah, akan kita cari hari Rabu (7/1)," kata Jose Rizal Jurnalis.
Sementara itu, tim PPK Depkes yang dikoordinasi dr Lucky Tjahjono menjelaskan bahwa untuk obat-obatan telah dibelanjakan sebesar Rp200 juta lebih, dan untuk mobil ambulan harganya sekira Rp400 juta.
"Namun, untuk mobil ambulan belum dapat kepastian apakah bisa disediakan dalam waktu dekat, karena perolehannya agak tersendat. "Uang (untuk membeli ambulans) sudah ada, tapi tidak mudah untuk menemukan spesifikasi yang dibutuhkan," katanya.
Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), menurut Ketua Umum-nya dr Basuki Supartono, pada tahap pertama --bersamaan dengan bantuan pemerintah Indonesia senilai Rp2 miliar yang telah disalurkan, dari total bantuan pemerintah senilai 1 juta dolar AS--pihaknya telah mengalokasikan obat-obatan dan alat kesehatan, termasuk ambulans senilai Rp250 juta.
"Tapi sejak awal kita meminta komitmen agar bantuan melalui BSMI ini dapat masuk ke Gaza atau minimal bisa sampai ke Rafah," katanya lalu menambahkan bahwa pemberi amanah yang menyumbang meminta demikian.
BSMI juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan mobil ambulan dengan cepat.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Mesir AM Fachir mengemukakan siap dengan Nota Diplomatik kepada Kementerian Luar Negeri Mesir untuk pengurusan izin masuk ke perbatasan.
"Untuk Nota Diplomatik, sudah siap. Kini tinggal bagaimana rincian daftar lengkap obat-obatan dan jenis bantuan lain yang mesti dilampirkan untuk diajukan kepada Kementerian Luar Negeri Mesir," katanya saat menjawab pertanyaan wartawan.
Pemerintah Mesir, sebagai negara yang punya kawasan perbatasan terdekat untuk masuk Jalur Gaza melalui pintu Rafah --perbatasan Mesir-Palestina--untuk masuk ke Gaza, menyatakan akan berupaya optimal agar bantuan kemanusiaan dari Indonesia dapat sampai langsung kepada warga Palestina di Gaza.
"Pernyataan pemerintah Mesir itu tentu amat kita sambut baik, dan kita berharap dalam satu atau dua hari ini, sudah ada kepastian untuk bisa membawa bantuan kemanusiaan dari Indonesia untuk langsung ke Jalur Gaza," kata Direktur Urusan Timur Tengah Deplu RI Aidil Chandra.
Chandra bersama Kepala Pusat Pengendalian Krisis (PPK) Depkes dr Rustam S Pakaya memimpin delegasi Indonesia menemui Asisten Menlu Mesir untuk Urusan Negara Arab Abderahman Salaherdin di Kairo.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
Mudah2an bantuan Indonesia dapat memberikan keringanan bagi warga palestina yang menderita.
Berjoanglah bu menkes, Tapi tolong itu Askes perlu diberesin obat2nya, yang motonya: kalau murah bisa masik askes, kalau mahal silahkan beli sendiri.