Beirut (ANTARA News) - Tentara Suriah merebut kembali citadel (benteng) kuno Palmyra yang menghadap reruntuhan kota kuno itu, Jumat, melalui sebuah ofensif yang dapat membuka koridor ke sebagian besar wilayah Suriah tengah bagis pasukan pemerintah.
Perebutan kembali Palmyra yang diduduki ISIS Mei tahun lalu itu menandai kemajuan besar bagi Presiden Bashar al-Assad sejak Rusia intervensi September tahun lalu dan segera mengubah arah pendulum konflik yang sudah berusia lima tahun ke pihak Assad.
Palmyra adalah situs untuk beberapa reruntuhan paling ekstensif dari kekaisaran Romawi kuno, namun kuil-kuil dan makam-makam kuno dihancurkan dengan dinamit oleh ISIS yang disebut PBB sebagai kejahatan perang.
Kota ini mengendalikan rute timur ke jatung wilayah yang dikuasai ISIS.
Serangan ke Palmyra ini dilancarkan dari udara dan serangkaian tembakan mortir, sedangkan ISIS membalas dengan dua bom mobil. Pasukan Rusia ternyata tetap membantu Suriah dari udara, kendati Moskow sudah menyatakan akan menarik mundur pasukannya.
Saluran televisi Beirut Al-Mayadeen yang menyiarkan keadaan di Palmyra memperlihatkan sebuah jet terbang rendah untuk melancarkan tiga kali pemboman ke arah petempur ISIS yang mundur dari citadel Palmyra.
Observatorium HAM Suriah memastikan bahwa citadel itu telah direbut kembali, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016