Jakarta (ANTARA News) - Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Achmad Soetjipto menegaskan bahwa rencana Indonesia untuk masuk ke peringkat 10 besar pada Asian Games 2018 merupakan target yang realistis.
"Target itu realistis, tentu pemerintah menentukan itu bukan dengan perhitungan yang acak-acakan. Tapi berdasarkan suatu harapan bahwa kita mampu melaksanakannya," ujar Soetjipto saat dihubungi di Jakarta, Jumat sore.
Pria yang akrab dipanggil Cipto itu menjelaskan, hal tersebut menjadi realistis mengingat performa atlet yang baik seusai SEA Games 2015 dengan hasil menempati peringkat ke lima.
Dengan kondisi pembinaan dan pengelolaan olahraga saat ini yang apa adanya sudah bisa mengantarkan Indonesia pada perolehan membanggakan tersebut, ujar Cipto.
"Apalagi jika kemudian kita mengubah cara-cara mengolah potensi atlet dengan metodologi yang moderen serta melibatkan manajemen sport science yang lebih bagus, saya yakin (prestasinya) akan lebih melonjak," tukas Cipto.
Dengan tujuan mulia tersebut, maka Satlak Prima selaku eksekutor akan bertindak dengan melakukan sejumlah perubahan dalam cara melatih atlet dengan melibatkan sport science.
Dia menilai, melalui penggunaan sport science maka proses latihan yang dijalani atlet bisa lebih terukur, realistis, dan lebih aman.
"Kita akan betul-betul mengubah polanya, oleh karena itu kita harus mengukur dan melakukan tes untuk mengetahui defisit atlet. Berdasarkan defisit itu, kita merekayasa program latihan yang lebih positif," tuturnya.
Oleh sebab itu, Cipto mengaku Satlak Prima tidak akan pernah pesimistis, namun optimisme yang digalakkan juga bukan optimisme yang buta, melainkan telah didukung dengan perhitungan-perhitungan yang matang bahwa Indonesia siap dan mampu melaksanakan proses perubahan dengan sebaik-baiknya.
"Amanat yang diberikan pemerintah untuk meraih target itu bisa kita capai. Jelas pemerintah membidik posisi yang paling wajar bagi atlet, tinggal kita yang diberi amanat untuk mewujudkan posisi itu," ujar Cipto.
Pada Asian Games 2010 Indonesia menempati urutan 15 sedangkan pada 2014 berada di posisi 17.
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016