"Kami sangat menyayangkan terjadinya insiden itu karena selain warga kami, dua kapal tersebut juga diawaki oleh 18 orang berkewarganegaraan Indonesia," ujar pejabat TETO yang menolak menyebutkan namanya dengan alasan persoalan tersebut masih dalam penyelidikan bersama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Taiwan.
Menurut dia, seluruh awak kedua kapal pencari ikan "Sheng Te Tsai" dan "Lien I Hsing-116" saat ini berada di Singapura dan tidak sedikit pun mengalami luka akibat insiden tersebut.
Sebelumnya, pejabat tersebut ditugaskan oleh pihak berwenang di Taiwan untuk menemui pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta, Rabu (23/3), untuk meminta penjelasan atas insiden penembakan kedua kapal nelayan Taiwan di perairan wilayah Aceh.
Dengan menunjukkan rekaman video yang menggambarkan testimoni awak kapal dan beberapa bekas tembakan di kapal, pejabat tersebut mendesak pemerintah Indonesia segera mengeluarkan keterangan resmi terkait peristiwa yang terjadi pada Senin (21/3).
"Kami hanya ingin keterangan resmi dan tertulis dari pemerintah terkait insiden itu. Sayangnya, sampai sekarang hal itu belum kami dapatkan," ujarnya.
Beberapa saat setelah kejadian, TETO mendapatkan informasi dari pemerintah Taiwan di Taipei mengenai penembakan kedua kapal tersebut.
Informasi itu didapat dari nakhoda salah satu kapal yang menghubungi stasiun perikanan di Taiwan melalui saluran satelit.
"Kemudian kami kontak Bakamla (Badan Keamanan Laut) Indonesia. Bakamla menyatakan bahwa kapal patrolinya tidak melakukan penembakan. Demikian juga dengan pihak Angkatan Laut yang sama-sama juga tidak mendapatkan laporan mengenai penembakan yang dilakukan oleh kapal patrolinya," kata pejabat TETO yang hampir satu tahun bertugas di Indonesia itu.
Setelah mengontak pihak KKP, pihaknya baru mendapat jawaban untuk mendapatkan penjelasan, Rabu (23/3) sore.
"Ada sedikit penjelasan dari KKP, namun yang kami butuhkan adalah penjelasan resmi karena persoalan ini penting, apalagi di dalam kapal itu ada 18 warga Indonesia," ujarnya.
Menurut dia, kedua kapal tersebut dalam perjalanan dari Taiwan menuju Singapura untuk menurunkan hasil laut muatannya.
"Kedua kapal itu tidak sedang dalam mencari ikan di wilayah Indonesia. Ikan itu dari Taiwan untuk konsumsi di Singapura," katanya.
Pemerintah Taiwan, Selasa (22/3), menolak penjelasan pihak berwenang Indonesia bahwa dua kapal nelayan Taiwan ditembak di Selat Malaka karena memasuki wilayah dan mencoba menyerang kapal patroli Indonesia.
"Kalau saja terbukti bahwa kedua kapal nelayan itu tidak terlibat dalam pencarian ikan secara tidak sah, maka kapal patroli Indonesia melanggar peraturan internasional atas penembakan terhadap mereka," kata Direktur Jenderal Badan Perikanan Taiwan, Tsay Tzu-yaw, sebagaimana dikutip kantor berita Taiwan CNA.
Meskipun demikian, juru bicara Wakil Menteri Luar Negeri Taiwan, Andrew Lee, menyatakan bahwa masih terlalu dini bagi Taiwan untuk mengajukan protes resmi terhadap Indonesia karena masih belum ada penjelasan resmi mengapa kapal patroli Indonesia bertindak seperti itu.
Sementara itu, Menteri KP Susi Pudjiastuti kepada CNA, Senin (21/3) pagi, menyatakan bahwa kedua kapal nelayan Taiwan itu ditemukan melakukan pelanggaran memasuki wilayah perairan Indonesia dan mereka ditembak saat mereka mengabaikan tembakan peringatan kapal patroli Indonesia.
Selain itu, kedua kapal nelayan Taiwan tersebut berupaya menyerang satu dari dua kapal patroli Indonesia.
Menteri Susi menunjukkan video berdurasi 1 menit, 32 detik kepada CNA bahwa salah satu kapal patroli Indonesia membuntuti dari dekat kapal nelayan Taiwan "Sheng Te Tsai".
Kapal patroli Indonesia beberapa kali memberikan isyarat lampu kepada kedua kapal nelayan Taiwan dan memerintahkan untuk berhenti, namun tidak mendapat tanggapan sama sekali dari kapal nelayan Taiwan yang terus saja melanjutkan pelayaran.
Susi menyatakan bahwa rangkaian gambar dapat dilihat dalam video yang diambil dari sisi kanan belakang kapal nelayan Taiwan yang dia indikasikan tengah beroperasi melakukan pencarian ikan pada saat itu.
"Kapal tersebut tidak memasang bendera dari mana asal negaranya," kata Susi menambahkan.
Pewarta: Irfan Ilmie
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016