Jakarta (ANTARA News) - Semakin seringnya penggunaan bahasa "gaul" di masyarakat maupun media cetak dan elektronik mengundang keprihatinan peragawati senior Ratih Sanggarwati.
Ratih mengatakan penggunaan bahasa "gaul" di kehidupan sehari-hari akan merusak penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
"Misalnya penggunaan kata `bo`, kata tersebut berasal dari kata `cabo` yang berarti pelacur. Lalu kemudian kata itu menjadi populer dan hampir selalu diucapkan," katanya setelah memandu acara "Talk Show" di Islamic Book Fair, Jakarta, kemarin.
Penggunaan bahasa "gaul", kata Ratih, yaitu penggunaan istilah-istilah yang tidak sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia. Selain itu juga ungkapan-ungkapan yang tidak santun namun dianggap sebagai sebuah kebiasaan sehari-hari.
Ia juga mengatakan bahasa "gaul" yang digunakan masyarakat saat ini, selain tidak jelas artinya juga mengandung unsur penghinaan.
"Misalnya saja kalimat `hari gini gak punya...` atau `merah gitu loh...`, kemudian `merah nih ye...`, kalimat-kalimat ini jika disampaikan kepada orang lain dengan nada yang seperti itu, maka bukannya menyemangati tetapi justru melecehkan atau menghina," kata Ratih.
Menurut Ratih, remaja saat ini mengklaim diri mereka tidak modern jika tidak menggunakan bahasa "gaul". Padahal, katanya, bahasa gaul jauh dari imagi modern.
Ia juga menyayangkan anggapan penggunaan basaha Indonesia yang sopan dalam percakapan akan memberikan kesan kaku.
"Saya tidak ingin 10 tahun lagi akan ada yang namanya museum bahasa Indonesia. Mau dibawa ke mana bahasa kita nantinya. Seharusnya ini menjadi isu nasional karena ini benar-benar memprihatinkan," katanya.(*)