Chicago (ANTARA News) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Senin (Selasa pagi WIB), karena penguatan dolar AS dan keuntungan dalam ekuitas menekan logam mulia.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman April turun 10,1 dolar AS atau 0,81 persen, menjadi menetap di 1.244,20 dolar AS per ounce.
Emas berada di bawah tekanan karena Dow Jones Industrial Average AS naik 28 poin atau 0,16 persen, pada pukul 18.15 GMT.
Para analis mencatat bahwa ketika ekuitas membukukan kerugian maka logam mulia biasanya naik, karena investor mencari tempat yang aman, sementara ketika ekuitas AS membukukan keuntungan biasanya logam mulia turun.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, naik pada Senin. Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.
Dennis Lockhart, Presiden Fed Atlanta, mengatakan pada Senin bahwa pertumbuhan ekonomi AS yang mantap bisa membenarkan kenaikan suku bunga jangka pendek secepatnya setelah pertemuan April.
Juga pada Senin, Presiden Fed San Francisco John Williams mengatakan ia akan mendukung kenaikan suku bunga pada April jika ekonomi AS terus berkinerja dengan baik.
Namun, logam mulia dicegah dari kejatuhan lebih lanjut karena Asosiasi Nasional Makelar Perumahan AS (NAR) mengatakan dalam sebuah laporannya bahwa penjualan "existing home" (rumah yang sebelumnya telah dimiliki atau rumah yang sudah dibangun sebelumnya selama satu bulan atau dikenal juga dengan home resales/rumah bekas) turun 7,1 persen selama Februari ke tingkat tahunan 5,08 juta unit,
Para analis mencatat bahwa laporan ini jauh lebih buruk dari yang diharapkan dan bahwa semua daerah menunjukkan pelemahan selama sebulan.
Perak untuk pengiriman Mei naik 3,6 sen atau 0,23 persen, menjadi ditutup pada 15,847 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 11,3 dolar AS atau 1,16 persen, menjadi ditutup pada 981,80 dolar AS per ounce, demikian Xinhua melaporkan.
(A026)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016