Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menjajaki kerja sama dengan Victoria University, Australia, terkait dengan pengembangan sports science di Indonesia.
Keseriusan Kemenpora untuk menjalani kerja sama dengan salah satu perguruan tinggi di Negeri Kanguru itu dibuktikan dengan kunjungan langsung Menpora Imam Nahrawi ke Victoria University, Melbourne, Australia, Senin dan diterima oleh Vice Chanellor & President Victoria University, Prof Peter Dawkins.
Dalam pertemuan tersebut, berdasarkan keterangan pers yang diterima media di Jakarta, Menpora dan rombongan mendapatkan penjelasan oleh Dekan College of Sport & Exercise Scinece Prof Hans Westerbeek terkait dengan perkembangan olahraga di negara maju serta penerapan sports science dalam metode kepelatihan.
Menpora Imam Nahrawi bahkan langsung mengapresiasi pemaparan dari pihak Victoria University dan bertekad akan mengaplikasikan program yang ditawarkan di Indonesia.
"Indonesia memiliki peluang yang besar untuk pengembangan olahraga melalui pelatihan dan penelitian. Sebuah prestasi pastinya memerlukan biaya yang besar, namun dengan (penerapan) sport science anggaran yang terbatas memungkinkan untuk meraih prestasi terbaik," kata Menpora Imam Nahrawi.
Pihak Victoria University menyambut baik ajakan dari Menpora. Pada pertengahan April nanti perwakilan dari Victoria University dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia untuk mengadakan "road show" ke lima kota di Indonesia. Yaitu Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Makassar dan Bandung.
Menanggapi rencana kunjungan tersebut, Pria yang akrab dipanggil Cak Imam mengharapkan agar ditandatangani Letter of Intent (LOI) sebagai awal untuk menyusun MoU dalam pengembangan keolahragaan di Indonesia khususnya di bidang Sport Science.
Selama di Victoria University, Menpora Imam Nahrawi diajak berkeliling Kompleks Sport Science Victoria University seperti altitude room, chemical room, serta altitude hotel.
Altitude room dan hotel merupakan sarana bagi atlet untuk beradaptasi dengan daerah yang memiliki kadar oksigen rendah, sehingga tidak perlu mengeluarkan anggaran besar untuk berlatih kilmatisasi ke negara dengan kadar oksigen rendah seperti Bolivia.
(TZ.B016/B/R010/R010) 21-03-2016 20:24:26
Pewarta: Bayu K
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016