Infrastruktur ini kami bilang tulang punggung karena berkaitan dengan harga dan kualitas perusahaan jasa pengiriman terutama jalan raya, jalur kereta, bandar udara dan pelabuhan."
Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) menyatakan, infrastruktur merupakan tumpuan penting dalam terwujudnya sistem logistik nasional yang terintegrasi.
"Faktor infrastruktur adalah tulang punggung dan tumpuan penting dalam mewujudkan sistem logistik nasional yang terintegrasi baik di dalam negeri ataupun di luar negeri," kata Ketua Umum Asperindo Muhammad Kadrial dalam konferensi pers di Jakarta Design Center, Jakarta, Senin.
Hal tersebut, kata Kadrial, karena industri ekspres, pos dan logistik memiliki tidak dapat berdiri sendiri pasalnya ada keterkaitan dan kolaborasi strategis dengan industri lainnya terutama menyangkut transportasi serta infrastruktur.
"Keduanya memiliki peran sangat penting dalam konektivitas logistik," ucapnya.
Infrastruktur, kata Kadrial, sangat menentukan murahnya biaya yang harus dikeluarkan untuk logistik dan kualitas perusahaan jasa pengiriman karena terkait dengan waktu tempuh.
"Infrastruktur ini kami bilang tulang punggung karena berkaitan dengan harga dan kualitas perusahaan jasa pengiriman terutama jalan raya, jalur kereta, bandar udara dan pelabuhan," ujar dia.
Jika berkaca dari infrastruktur Indonesia saat ini, lanjut Kadrial, telah menempatkan negeri ini menjadi negara yang berbiaya logistik terbesar yaitu sekitar 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Bisa kita bayangkan jika infrastrukturnya seperti ini, jalan tol macet, kapasitas bandara tidak mumpuni, pun demikian juga pelabuhan, sehebat apapun di bidang logistik ya tetap akan seperti ini saja. Intinya jika mau memperbaiki logistik, infrastrukturnya juga harus baik," ucap Kadrial.
Senada dengan dia, Direktur Surat dan Paket PT Pos Indonesia (Persero) mengatakan daya saing infrastruktur dan transportasi memegang peran penting dalam operasional perusahaan jasa pengiriman di Indonesia.
Pasalnya, Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar, sehingga secara sederhana, jika infrastrukturnya memadai maka rantai pasokan logistik akan semakin lancar dan mudah sekaligus menurunkan biaya logistik serta peningkatan kemampuan perusahaan jasa pengiriman nasional.
Walaupun Indonesia masih memiliki biaya logistik yang tinggi, ucap dia, negeri ini berada di jalur yang tepat dalam menguranginya dengan target 19 persen dari PDB pada 2020 dan sembilan persen pada 2035 dari sebelumnya yang berada di angka 30 persen.
"Catatannya ini harus dilakukan secara serius untuk revitalisasi pelabuhan dan membukanya bagi investasi asing dalam prosesnya," tuturnya.
Terkait dengan upaya Pemerintahan Joko Widodo dalam membuka Tol Laut, pihak Asperindo menilai hal tersebut sebagai salah satu jalan keluar dan memiliki efek positif karena dengan sistem distribusi logistik ini, dapat meningkatkan arus barang dan jasa.
"Serta peningkatan logistik nasional, mempercepat pemerataan ekonomi nasional serta biaya pengiriman juga jadi lebih kompetitif," katanya.
Dari sisi transportasi, tambah Handoyo, pertumbuhan dan perkembangan angkutan barang dalam beberapa dekade terakhir sangat cepat, sehingga perlu diwujudkan langkah optimalisasi angkutan tersebut, melalui transportasi darat yang terdiri dari jalan raya dan kereta api, transportasi laut dan transportasi udara.
"Kebutuhan penting transportasi telah berkembang dengan meningkatnya arus globalisasi, lalu lintas ekspres, pos dan logistik serta didukung pertumbuhan e-commerce, kita menekankan perlunya strategi rantai pasok sejalan pengelolaan transportasi yang tepat ini juga kunci konektivitas demi menghadapi persaingan MEA," tuturnya.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016