Sejak pertama kali memiliki Twitter di tahun 2009, Lukman mengaku dirinya menyadari adanya "haters", namun dia lebih memilih untuk tidak ambil pusing.
Lukman Hakim pun berbagi tips cara menghadapi "haters" atau pembenci di media sosial, utamanya Twitter.
"Kalau saya paling saya cuekin saja, enggak saya hiraukan. Kalau saya sih enggak pernah sampai dimaki-maki ya, jarang tuh dimaki hanya saja kemarin saya ngetweet masalah move on, saya enggak sadar itu ternyata dimaknai macam-macam dan banyak orang yang 'baper' (bawa perasaan) dan saya di-bully," kata Lukman Hakim saat menghadiri ulang tahun Twitter ke-10 di Conservatory, Jakarta Pusat pada Senin malam.
Lukman Hakim mengaku, menghadapi "haters" tak perlu sampai memblok akun tertentu.
"Saya tidak habis pikir kalau ada orang yang sampai memblok, saya pikir orang itu terlalu serius, itu kan cuma kicauan, di dunia maya lagi. Makanya kalau sampai ada yang nge-blok, betapa seriusnya itu," katanya.
Banyak manfaat yang diperoleh Lukman dalam bermedia sosial, utamanya Twitter.
"Karena Twitter saya merasa bodoh, semakin banyak yang saya tak tahu, semakin banyak orang yang saya kenal di Twitter, saya semakin paham kalau saya ini tak tahu soal banyak hal. Selain itu, Twitter bikin saya kenal banyak orang. Saya dapat kerjaan sampingan misalnya bikin kata pengantar buku untuk Sujiwo Tedjo. Sebelum di Twitter saya tak kenal Beliau tapi karena Twitter kita sering mention-mention-an," kata Lukman tertawa.
Lukman pun berpesan agar masyarakat menggunakan media sosial dengan santun dan bertanggung jawab.
"Tulis saja bio Anda dengan jelas supaya bisa dipertanggungjawabkan cuitannya, dan kita yang waras ini, nge-Tweet-lah dengan bahasa santun," pungkasnya.
Lukman pun berpesan agar masyarakat menggunakan media sosial dengan santun dan bertanggung jawab.
"Tulis saja bio Anda dengan jelas supaya bisa dipertanggungjawabkan cuitannya, dan kita yang waras ini, nge-Tweet-lah dengan bahasa santun," pungkasnya.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016