Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta pada Senin sore melemah dan sedikit menjauh dari kisaran 13.000 per dolar AS.

Rupiah ditransaksikan melemah 70 poin menjadi 13.180 per dolar AS, setelah pada transaksi akhir pekan lalu ditutup pada 13.110 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, mata uang dolar AS bergerak menguat terhadap mata uang utama dunia setelah komentar salah satu pejabat bank sentral AS (The Fed) yang menyebut laju inflasi Amerika Serikat akan berakselarasi dalam beberapa tahun kedepan dan mendekati target.

"The Fed sempat menahan diri menaikan suku bunga AS akibat penurunan pada inflasi, namun pernyataan pejabat The Fed menunjukkan harapan laju inflasi AS masih tinggi.

Di sisi lain, lanjut dia, koreksi pada harga minyak mintah dunia menambah sentimen negatif bagi mata uang negara penghasil komoditas, termasuk rupiah kembali berada di bawah tekanan dolar AS.

Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin sore ini, berada di level 38,75 dolar AS per barel, turun 1,75 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 40,83 dolar AS per barel, melemah 0,90 persen.

NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa aksi ambil untung masih terjadi di perdagangan valuta asing domestik memanfaatkan eforia penguatan rupiah pada pekan lalu setelah The Fed menahan suku bunga acuannya.

"Jadi pelemahannya bersifat wajar sehingga peluang berbalik arah menguat cukup terbuka mengingat peluang itu didukung oleh fundamental ekonomi Indonesia yang mulai pulih," katanya.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah berada pada 13.160 per dolar AS, melemah dari posisi sebelumnya 13.048 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016