"Pemerintah pusat perlu mendukung pengembangan bandara perintis di pulau terluar untuk meningkatkan konektivitas antarpulau," kata Yudi saat meninjau fasilitas Bandara Fatmawati di Bengkulu, Senin.
Peninjauan Bandara Fatmawati di Kota Bengkulu menjadi rangkaian kunjungan kerja puluhan anggota Komisi V DPR RI yang dipimpin Yudi di Bengkulu.
Saat mendengarkan pemaparan Kepala Bandara Fatmawati Bengkulu, Yufridon Gandoz tentang kondisi bandara perintis di Pulau Enggano, Yudi meminta Kementerian Perhubungan lebih memperhatikan fasilitas bandara di pulau berpenghuni itu.
"Sebaiknya APBN fokus untuk pembangunan bandara perintis, sedangkan bandara yang sudah memadai diserahkan pengelolaannya ke PT Angkasa Pura," kata politisi PKS itu.
Menanggapi masukan dari wakil rakyat itu, Kepala Bandara Fatmawati Bengkulu, Yufridon Gandoz mengatakan pengembangan bandara perintis di Pulau Enggano tetap menjadi perhatian pihaknya.
Pada tahun ini kata dia, fasilitas bandara yang sudah diterbangi pesawat perintis Susi Air itu akan ditambah mulai dari perpanjangan landasan pacu hingga pembangunan pembangkit listrik tenaga surya.
Saat ini kata Yufridon, panjang landasan pacu di bandara Pulau Enggano hanya 1.300 meter dan akan ditambah menjadi 1.600 meter.
Ke depan kata Yufridon, keberadaan angkutan udara di pulau terluar itu dapat membantu masyarakat untuk mengangkut hasil bumi berupa pisang, melinjo dan hasil laut.
"Tidak hanya untuk perekonomian, kami juga menargetkan bandara perintis di Pulau Enggano dapat digunakan sebagai bandara evakuasi yang bisa diterbangi pesawat Hercules sebab wilayah itu rawan gempa bumi dan tsunami," katanya.
Saat ini kata dia, penerbangan dari Kota Bengkulu-Pulau Enggano pulang pergi dilayani pesawat Susi Air dengan kapasitas penumpang 12 orang dengan jadwal dua kali sepekan.
Pulau Enggano yang berada di tengah Samudera Hindia berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu. Pulau seluas 40 ribu hektare tersebut dihuni lebih 2.800 jiwa yang bermukim di enam desa yakni Kahyapu, Malakoni, Kaana, Meok, Apoho dan Banjarsari.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016