Palu (ANTARA News) - "Innalilahi wainnaillaihirojiun. Atas nama pribadi dan keluarga, pemerintah daerah dan masyarakat Sulawesi Tengah, saya menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada jajaran TNI serta seluruh keluarga prajurit TNI yang gugur pada musibah jatuhnya pesawat helikopter di Poso, Minggu petang,".
Begitu ucapan pertama kali Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola ketika dihubungi Antara di kediaman dinas Danrem 132/Tadulako Palu, Kolonel Inf Saiful Anwar, Minggu malam terkait musibah jatuhnya pesawat helikopter TNI AD yang mengangkut 13 prajurit TNI
Keterangan yang dihimpun Antara Palu menyebutkan pesawat helikopter jenis Helly Bell 412 EP No HA-5171 itu sedang dalam penerbangan dari Desa Watutau, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso menuju Bandara Kasiguncu Poso dalam rangka tugas rutin Operasi Tinombala.
Pesawat itu membawa 13 personel TNI masing-masing Danrem 132/Tadulako Kol Inf Saiful Anwar, Kol Inf Ontang (Badan Intelijen Negara), Kol Inf Heri Setiaji (Bais TNI), Komanadan Detasemen Polisi Militer Palu Letkol CPM Teddy S Prapat, Kepala Kesehatan Kodim (Kakesdim) 1307 Poso Kapten CKM Yanto, dan Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 132/Tadulako Mayor Inf Faki dan ajudan Danrem Prada Kiki.
Sementara kru penerbangan yakni Kapten Pnb Agung (Pilot), Lettu Pnb Wirahadi (copilot), Letda Tito (copilot), Sertu Bagus Serda Karmin dan Pratu Bangkit.
"Mereka sedang terbang dari Napu mau ke Poso. Menjelang mau mendarat di Bandara Kasiguncu, Poso, ternyata cuaca buruk, sehingga pesawat itu kemudian jatuh," ujar Gubernur.
Camat Poso Pesisir Muhlis Saing saat dihubungi dari Palu, Minggu malam mengatakan lokasi jatuhnya helikopter itu hanya sekitar dua kilometer dari jalan Trans Sulawesi.
"Mobil bisa sampai ke lokasi kecelakaan," kata dia.
Muhlis mengaku menyaksikan pesawat tersebut jatuh karena lokasinya tidak jauh dari kediamannya pada sekitar pukul 17.45 WITA.
"Saya sempat lihat pas saya berdiri di depan rumah. Cuaca sore tadi memang agak gelap, mungkin heli itu mau mendarat di tempat yang luas karena tidak terlalu jauh dari bandara. Tetapi tiba-tiba terdengar suara ledakan," ujarnya.
Menurut informasi yang diterima Muhlin di lokasi kejadian, ada 13 prajurit TNI yang menjadi korban pesawat nahas itu, namun hingga pukul 20.30 WITA, baru 12 jenazah yang berhasil ditemukan dan langsung dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Wirabuana Kol I Made Sutia menyebutkan bahwa dugaan sementara, musibah jatuhnya pesawat helikopter tersebut disebabkan cuaca buruk.
Dipadati pejabat
Hanya sekitar satu jam setelah peristiwa ini, rumah dinas Danrem 132 Tadulako Kolonel Inf Saiful Anwar di Jalan Suprapto, Kota Palu, langsung dipadati para pejabat daerah, TNI dan Polri di Sulawesi Tengah.
Mereka yang datang menemui keluarga Saiful Anwar antara lain Gubernur Sulteng dan Ny. Zalzulmida Djanggola, Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi bersama jajarannya, Kapolres Palu AKBP Basya Radyananda bersama jajarannya dan prajurit TNI di Kota Palu.
Pantauan Antara di kediaman itu sedang telah berlangsung pembacaan Surat Yasin.
Akses jalan di Kelurahan Besusu tersebut juga sementara ditutup.
Sejumlah ruas jalan yang akan dilalui jenazah dari Bandara Mutiara Palu menuju kediaman Saiful Anwar juga dijaga aparat Polri.
Rencananya Saiful Anwar yang menjadi korban jatuhnya heli di Kelurahan Dusun Pattiro Bajo, Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, pada Minggu sore tersebut akan disemayamkan di kediaman itu.
Namun belum diperoleh informasi apakah jenazah akan dievakuasi dari rumah sakit Poso langsung ke kediaman Danrem tersebut.
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengatakan Danrem 132/Tadulako Kolonel Inf Saiful Anwar adalah pemimpin bertanggung jawab terhadap kepentingan bangsa dan negara terbukti beliau wafat saat menjalankan tugas operasi penumpasan terhadap kelompok sipil bersenjata di Poso.
"Saya terakhir kali bersama Pak Danrem waktu pisah pada acara pisah sambut Kapolda Sulteng, Selama (15/3). Beliau duduk di samping saya. Beliau adalah pemimpin sangat bertanggung jawab," ujarnya.
"Kita sangat sedih kehiangan beliau. Kami pemerintah daerah, keluarga dan seluruh masyarakat Sulawesi Tengah berbelasungkawa atas peristiwa ini. Semoga amal ibadah beliau diterima Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan selalu tabah," katanya.
Murni kecelakaan
Belum ada penjelasan resmi dari TNI mengenai penyebab musibah tersebut, namun sejumlah pejabat seperti Kapendam Wirabuana Kol. I Made Sutia, Kapolres Poso AKBP Roni Suseno dan Camat Poso Pesisir Muhlis Saing menduga bahwa musibah ini disebabkan cuaca buruk.
Sementara itu Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola menegaskan bahwa musibah ini adalah murni kecelakaan akibat cuaca buruk.
Menurut Gubernur, tidak ada hubungan antara teroris dengan jatuhnya helikopter tersebut.
"Tidak ada itu (hubungannya teroris). Itu terlalu mengada-ada. Sebagai umat beragama itu adalah musibah karena Allah. Tidak usah direkayasa kejadiannya," kata Longki menanggapi adanya informasi bahwa heli tersebut jatuh karena mengejar kelompok teroris di Poso.
Longki mengatakan lokasi jatuhnya heli dengan lokasi yang diduga menjadi tempat persembunyian Santoso sangat jauh sehingga tidak masuk akal jika heli tersebut jatuh karena mengejar Santoso apalagi karena tertembak oleh kelompok teroris.
Helikopter yang membawa 13 orang prajurit tersebut jatuh karena cuaca ekstrim saat hendak mendarat di bandara Kasiguncu, Kabupaten Poso.
"Itu murni kecelakaan," katanya.
Longki mengatakan bahwa helikopter yang ditumpangi Danrem tersebut terbang dari Napu ke bandara Kasiguncu, Poso, karena selama ini Danrem sebagai penanggung jawab operasi dalam pengejaran kelompok teroris Santoso lebih banyak berkantor di Poso.
"Selama ini beliau lebih banyak berdomisili di Poso. Ini karena tugas negara," katanya.
Musibah kedua
Musibah yang menimpa keluarga besar TNI terkait operasi perburuan teroris kelompok Santoso di dataran Lore, Kabupaten Poso, merupakan yang kedua kalinya setelah pada 15 November 2015, konvoi kendaraan TNI Yonif Linud Kostrad 433/JS mengalami kecelakaan dan mengakibatkan lima prajurit meninggal dunia.
Konvoi lima buah truk penuh prajurit TNI tersebut berangkat dari Markas Batalyon Infanteri (Yonif) 711/Raksatama Kota Palu Minggu (15/11) dinihari menuju dataran Napu/Lore dan singgah beristirahat di Polsek Palolo, Kabupaten Sigi sekitar pukul 04.00 WITA lalu kemudian melanjutkan perjalanan sekitar pukul 08.00 WITA.
Namun menjelang masuk desa pertama di dataran Lore, sebuah truk rombongan TNI yang dikemudikan warga sipil bernama Syaipul mencoba menyalip truk yang ada di depannya.
Saat menyalip itulah truk yang ditumpangi komandan regu Kapten Inf Yustianto tergelincir dan terbalik sehingga menewaskan lima prajurit dan melukai sejumlah prajurit Kostrad lainnya.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo kepada wartawan di Palu, menjelaskan kronologis kecelakaan yang menimpa prajurit TNI-AD dari kesatuan Yonif Linud 433/JS/Brigif III Kostrad Makassar, di wilayah Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (15/11).
Panglima Jendral TNI Gatot Nurmantyo saat itu menjelaskan bahwa peristiwa itu terjadi saat pasukannya yang latihan bersama kepolisian akan digantikan oleh kesatuan Yonif Linud 433/JS/Brigif III Kostrad Makassar.
Saat melewati wilayah Padeha, dengan kondisi jalan yang menurun dan berkelok cukup tajam, ternyata sang supir belum pernah melewatinya lalu rem mobil yang dikemudikannya tiba-tiba blong.
"Karena rem blong saat berbelok, truk langsung terguling sampai tiga kali," katanya.
Sementara itu seorang anggota TNI bernama Serka Zaenuddin dari Yonif 712/Wiratama Manado gugur setelah tertembak orang tidak dikenal (OTK) yang diduga anggota kelompok teroris pimpinan Santoso, di Desa Maranda, Kecamatan Poso Pesisir, pada Minggu (29/11/2016) sekitar pukul 10.00 WITA.
Korban sedang berpatroli dengan rekan-rekannya ketika tiba-tiba mereka mendapat serangan kelompok sipil bersenjata sehingga terjadi kontak tembak. Pelaku penembakan tehadap anggota TNI tersebut disinyalir berjumlah 15 orang.
Oleh Rolex Malaha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016