Dari 17 juta kartu kredit di Indonesia itu, ternyata kalau ditelusuri pemiliknya hanya sekitar 7,5 juta orang. Artinya, satu orang biasanya memiliki antara 2-3 kartu kredit."
Semarang (ANTARA News) - Mantan Ketua Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Dodit Wiweko Probojakti tren penggunaan kartu kredit di Indonesia selama 10 tahun terakhir masih bertahan.
"Tiga transaksi terbesar penggunaan kartu kredit selama 10 tahun terakhir masih pada grocery, retail and department store, dan ketiga food and drink," katanya di Semarang, Sabtu.
"Grocery", kata dia, meliputi aneka bahan makanan, termasuk sayur mayur dan daging yang kini bisa didapatkan di supermarket skala besar sampai minimarket menggunakan kartu kredit.
Untuk "retail and department store", meliputi "clothing" (pakaian) dan "fashion", lanjut Director Credit Card and Personal Loan Bank Mega itu, "food and drink" adalah makanan dan minuman.
Hal itu diungkapkannya usai pengenalan produk terbaru Bank Mega, yakni kartu kredit, kartu debet, dan uang elektronik yang bernuansa FC Barcelona untuk memanjakan para "Barcelonistas", fans beratnya.
"Namun, penggunaan kartu kredit dilihat dari nilai transaksinya tetap dipegang oleh electronic and gadget karena sekali transaksi biasanya berkisar antara Rp2,5-3 juta," katanya.
Pasar kartu kredit di Indonesia selama ini cukup besar, kata dia, sebagaimana data Bank Indonesia menyebutkan setidaknya ada 17 juta kartu kredit dan periode 2015-2016 tumbuh 5,2 persen.
"Dari 17 juta kartu kredit di Indonesia itu, ternyata kalau ditelusuri pemiliknya hanya sekitar 7,5 juta orang. Artinya, satu orang biasanya memiliki antara 2-3 kartu kredit," katanya.
Para pemilik kartu kredit di Indonesia, kata dia, selama ini relatif dimanjakan dibandingkan dengan negara-negara lain karena memang ingin memperbanyak orang yang memiliki kartu kredit.
Ia mencontohkan pemilik kartu kredit bisa menikmati fasilitas "executive lounge" di bandara di Indonesia meski terbang dengan kelas ekonomi, padahal di negara-negara lain jelas tidak bisa.
"Bank-bank memang memanjakan customer kartu kredit dengan harapan mereka loyal bertransaksi. Sekarang, mal dan restoran juga berlomba menyajikan diskon antara 10-50 persen," katanya.
Dodit mengakui gerakan non tunai memang terus digalakkan karena selama ini "cash" atau membayar dengan uang tunai dalam melakukan berbagai transaksi di Indonesia seolah-olah menjadi raja.
"Jadi, saingan terbesar dalam pasar kartu kredit sebenarnya bukan antar-provider kartu kredit, melainkan cash. Sebab, transaksi dengan cash memang masih sangat besar," pungkasnya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016