Diskriminasi dan kekerasan dalam bentuk apapun harus dihentikan."

Jakarta (ANTARA News) - Sekjen PBB Ban Ki-moon menyerukan diskriminasi dan kekerasan pada perempuan harus dihentikan dalam Commission on the Status of Women (CSW) atau Komisi Status Perempuan yang berlangsung di Kantor Pusat PBB hingga 25 Maret 2016.

"Diskriminasi dan kekerasan dalam bentuk apapun harus dihentikan," kata dia seperti dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ban Ki-moon mengatakan berdasarkan pengalamannya selama sembilan tahun mengunjungi banyak negara, diskriminasi dan kekerasan pada perempuan yang sangat memprihatinkan adalah maraknya HIV AIDS, perkosaan pada perempuan dengan orientasi seksual berbeda atas nama penyembuhan, anak-anak korban penghilangan paksa, khitan genital perempuan serta minimnta perempuan yang duduk di parlemen di sejumlah negara.

Laki-laki, kata dia, harus terlibat dan menjadi bagian dari perjuangan kesetaraan gender maupun penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

"Kita harus mencegah kekerasan ekstremisme, dan bicara kesetaraan terhadap perempuan, tidak ada artinya kalau perempuan tidak aktif dalam isu perdamaian dan keamanan," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Eksekutif UN Women Phumzile Mlambo-Ngcuka yang merupakan tokoh perempuan dari Afrika juga menyerukan pada dunia untuk memberi perhatian pada isu populasi, migrasi dan pekerja rumah tangga.

Kekerasan terhadap perempuan, kata dia, semakin bertambah ekstrim karena bersanding dengan isu kelompok rentan lainnya.

Ia juga menyerukan perlindungan dan pengakuan pada perempuan pembela HAM atau Women Human Rights Defenders (WHRD).

Ia mencontohkan kasus kematian WHRD dari Honduras, Berta Caceres, pejuang perempuan, lingkungan dan masyarakat adat, yang meninggal pada 3 Maret 2016 lalu, secara khusus disebutkan sebagai peringatan besar agar tidak berulang.

Selanjutnya, Phumzile berpendapat kesetaraan gender serta penanganan kekerasan terhadap perempuan harus kreatif dengan terobosan, efisien dan bijak dalam gunakan IT, media sosial maupun media tradisional.

"Kita harus keluar dari zona nyaman untuk keluar dari masalah global ini," kata dia.

Ia juga meminta negara peserta acara itu untuk lebih serius dalam penganggaran dana untuk isu perempuan, menyediakan jaminan sosial, akses keadilan, secara khusus kepada perempuan yang mengalami kerentanan disabilitas serta pengungsi.

Hasil CSW itu akan diluncurkan "Global Database on Violence Against Women" sebagai pijakan penting untuk kerja sistematis bagi penghapusan kekerasan terhadap perempuan secara global.

Pewarta: Dyah Dwi A
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016