Cape Canaveral, Florida (ANTARA News) - Pengamatan mendetail terhadap permukaan Pluto mengungkap rentang pegunungan, aliran glasial, daratan mulus dan lansekap lain di planet dingin itu menurut hasil studi yang dipublikasikan pada Kamis (17/3).
Jendela yang belum ada sebelumnya ke planet kerdil itu, yang mengorbit matahari seperti planet lain tapi lebih kecil, muncul lewat foto-foto beresolusi tinggi dari pesawat antariksa New Horizons milik Badan Antarika Amerika Serikat (NASA).
Roket penelitian antarplanet itu pertama kali mengunjungi Pluto dan lima bulannya Juli lalu.
Gambar-gambar itu, hasil analisis kimia, dan data lainnya menunjukkan dunia kompleks yang secara geologis aktif tiga miliar mil dari Bumi, dengan samudra bawah tanah dan gunung-gunung api yang tampak memuntahkan es menurut lima makalah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science pekan ini.
"Secara geologis itu tempat yang cukup liar," kata ilmuwan planet William McKinnon dari Washington University di St. Louis, Missouri.
Ilmuwan lainnya menyebut keragaman lansekap Pluto "menakjubkan."
Bagaimana medannya bisa beragam masih menjadi misteri bagi Pluto yang jauh, yang rata-rata suhu permukaannya minus 229 derajat Celsius.
Para ilmuwan menduga ada beberapa proses yang berlangsung, antara lain penguapan es-es volatil seperti nitrogen, karbon monoksida dan methana menjadi atmosfer Pluto yang dingin dan padat tak terkira.
Meski lebih kecil dari bulan Bumi, Pluto sepertinya masih punya cukup panas internal dari pembentukannya sekitar 4,5 miliar tahun lalu untuk membantu menjaga fitur terkemukanya, cekungan mulus berbentuk hati dengan lebar 1.000 kilometer yang disebut Sputnik Planum.
Gunung-gunung relatif muda di barat Sputnik Planum dan gundukan ke selatan lebih sulit dijelaskan.
Para ilmuwan menduga keduanya ada pada blok-blok air es meski bagaimana itu bisa ada di Pluto belum bisa diketahui.
"Kami dibuat bingung oleh hampir semuanya," kata Alan Stern, pemimpin ilmuwan dalam misi New Horizons.
Hasil-hasil studi menunjukkan bahwa bintang utama Pluto, Charon, punya kehidupan aktif tapi kehabisan panas radioaktif alami pada bebatuannya dan membeku sepanjang sekitar dua miliar tahun lalu.
Para ilmuwan sekarang menyakini Charon dan empat bulan kecil lain Pluto ada karena tabrakan antara Pluto dengan benda seukuran Pluto pada awal sejarah sistem tata surya.
Serupa dengan bulan Bumi, para ilmuwan menduga satelit alami Pluto terbentuk dari puing yang terlempar ke luar angkasa setelah tabrakan, demikian seperti dilansir kantor berita Reuters.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016