Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyambut positif penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) dan meminta BI melonggarkan kebijakannya agar perbankan ekspansif menyalurkan kredit ke sektor riil dan sektor produktif lainnya. "Kami berharap BI juga melakukan relaksasi kolektibilitas kreditnya. Kebijakan BI yang diterapkan pada waktu `tight money policy` (kebijakan yang ketat) perlu ditinjau ulang," ujar Ketua Umum Kadin Indonesia MS Hidayat kepada ANTARA News di Jakarta, Selasa, menanggapi penurunan BI rate 0,25 persen sehingga menjadi sembilan persen. Hidayat mengatakan selama ini banyak aturan BI yang membuat sektor perbankan sulit menyalurkan kredit ke sektor riil, terutama sektor tertentu yang pada masa krisis mengalami banyak kredit macet. Ia menilai kelonggaran kebijakan BI tersebut sangat penting untuk mendorong perbankan lebih aktif menyalurkan kreditnya ke sektor riil terutama sektor produktif. Selain menurunkan suku bunganya secara hati-hati dan bertahap, lanjut Hidayat, BI juga harus membuat kondisi SBI (Sertifikat BI) kurang menarik agar dana perbankan yang ada tidak banyak tersimpan di SBI. "Kalau SBI tetap menarik dan menguntungkan, maka bank tetap untung, tapi BI rugi, masyarakat pengusaha rugi karena tidak dapat kredit, dan masyarakat umum juga rugi," ujar Hidayat. Menurut Hidayat, saat ini perbedaan suku bunga bank dan SBI masih tinggi antara 2 sampai 2,25 persen, sehingga dengan menaruh uang di SBI saja, bank sudah untung sekitar 2-2,25 persen. Lebih jauh ia melihat ada lingkaran setan diantara BI, perbankan dunia usaha, dan pemerintah, yang membuat sektor riil tidak jalan. "BI telah mempelopori penurunan suku bunganya, tapi itu saja tidak cukup. Kelihatannya ada lingkaran setan antara dunia usaha, perbankan, dan BI yang harus dicarikan jalan keluarnya agar sektor riil bisa bergerak lebih cepat," ujarnya. Hidayat mengatakan Kadin akan bertemu dengan ketiga unsur tersebut dalam waktu dekat ini untuk mencarikan jalan keluar dari kebekuan masalah moneter yang berdampak pada terhambatnya laju pertumbuhan sektor riil.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007