Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta naik 161 poin menjadi Rp13.105 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat di pasar valuta asing domestik setelah bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) menunda menaikkan suku bunga acuannya.
Kebijakan The Fed itu, menurut dia, kembali mendorong investor masuk ke dalam aset di negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Aliran modal asing kembali masuk ke obligasi dan saham-saham di dalam negeri setelah sempat keluar karena muncul isu The Fed akan menaikan suku bunga," katanya.
Ia menambahkan adanya ruang bagi Bank Indonesia untuk kembali memangkas suku bunga acuan (BI rate) juga menjadi salah satu faktor yang mendorong nilai tukar rupiah bergerak menguat.
"Kalau Bank Indonesia memangkas BI rate maka harga obligasi berpotensi menguat, spekulasi itu yang mendorong aliran modal masuk ke dalam negeri sehingga rupiah menguat," katanya.
Di sisi lain, ia mengatakan bahwa optimisme pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga juga menjadi salah satu faktor yang menopang tren mata uang rupiah di jalur positif.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar dolar AS dengan mayoritas mata uang negara-negara di dunia melemah karena The Fed menahan kenaikan suku bunga acuan.
"The Fed isyaratkan dua kali kenaikan suku bunga pada tahun 2016 ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebanyak empat kali," katanya.
Di kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.166 per dolar AS dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016