Es batu rumahan tidak tahan lama sehingga ikan kami segarnya tidak lama
Banda Neira (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyanggupi permintaan masyarakat Negeri Kampung Nelayan, Banda Neira, Maluku, untuk membangun cold storage atau pabrik pendinginan ikan.
"Ada dana desa, itu nanti bisa digunakan untuk membangun pabrik es batu," kata Wapres JK saat melakukan pertemuan dengan masyarakat Negeri Kampung Nelayan, Banda Neira, Kamis.
Permintaan tersebut disampaikan oleh Haji Jumat, tokoh masyarakat Kampung Nelayan Banda Neira.
Haji Jumat mengatakan bahwa selama ini para nelayan hanya mampu mendinginkan ikan tangkapan mereka dengan es batu produksi rumahan.
"Es batu rumahan tidak tahan lama sehingga ikan kami segarnya tidak lama," kata dia.
Dalam kunjungannya ke Banda Neira, JK juga mengunjungi dua Cold Storage yang sudah tidak beroperasi karena kekurangan pasokan listrik.
"Cold storage kalau pakai diesel masing-masing memang tidak bisa, jadi pasokan listrik harus ditambah," kata JK.
Untuk pengoperasian pabrik pendinginan ikan di Banda Neira dibutuhkan listrik sekitar 5 megawatt, sementara listrik yang tersedia saat ini hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Namun, JK juga mengakui bahwa pasokan listrik nasional memang kurang, oleh karena itu Wapres akan membicarakan perihal listrik untuk industri perikanan dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Alternatif selain PLN, menurut JK, adalah dengan memasukkan pengusaha swasta untuk membangun pabrik pendinginan ikan.
"Atau kita kasih (pengelolaannya) ke sekolah perikanan," kata dia.
JK berpendapat para siswa sekolah perikanan akan dapat menggunakannya sebagai tempat kerja praktik di samping dipergunakan secara komersil oleh nelayan ikan.
Wapres melakukan kunjungan kerja ke Maluku, yakni Ambon, Pulau Banda Neira dan Pulau Tual, pada 16-18 Maret untuk meninjau infrastruktur maritim dan industri perikanan.
Wapres didampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin, Tim Ahli Wapres Bidang Ekonomi Sofjan Wanandi, Ketua Bidang Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)Thomas Darmawan, dan beberapa perwakilan asosiasi pengusaha pengolahan ikan.
Pewarta: A Fitriyanti
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016