Washington (ANTARA News) - Para pemimpin militer AS menyuarakan keprihatinan terhadap kemampuan mereka dalam perang menghadapi kekuatan-kekuatan besar seperti Rusia dengan berkata kepada Kongres bahwa ada kesenjangan dalam militer AS mengenai sumber daya dan pelatihan tempur.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS Jenderal Mark Milley berkata dalam denger pendapat dengan Komisi Hubungan Angkatan Bersenjata Kongres bahwa jika Angkatan Darat terlibat perang besar melawan China, Rusia, Iran dan Korea Utara, maka kesiapan pasukan AS akan menjadi pertanyaan.
"Angkatan Darat tidak pada level mampu mengeksekusi operasi dengan memuaskan, dalam soal waktu, biaya, korban atau tujuan militer," kata Milley seperti dikutip Reuters.
Yang juga berbicara pada dengar pendapat membahas permintaan anggaran militer untuk Tahun Fiskal 2017 ini adalah Menteri Angkatan Udara Deborah James yang menyatakan setengah dari kekuatan tempur angkatan udara tidak cukup siap untuk berperang melawan negara seperti Rusia.
"Uang membantu untuk kesiapan itu, namun masalah waktu ke medan perang atau melakukan ini dalam pelatihan adalah sama pentingnya," kata James.
Angkatan Udara AS kini kekurangan 500 pilot tempur yang pada 2022 kekurangan ini bisa bertambah sampai 800 pilot.
Belanja militer AS meningkat sejak Serangan 11 September 2001 sampai disebut beranggaran militer terbesar di dunia.
Angkatan Darat pada tahun fiskal ini meminta anggaran 148 miliar dolar atau naik dari 146,9 miliar pada tahun anggaran 2016. Namun jumlah personel tentara pada tahun anggaran 2017 berkurang sampai menjadi 460.000 tentara aktif dari yang saat ini ada 475.000 tentara.
Keprihatinan terhadap kesiapan perang menghadapi negara-negara seperti Rusia ini sebelumnya sudah disuarakan oleh Marsekal Philip Breedlove --Panglima NATO dan Komando Eropa-- ketika dia menyebut Rusia berpotensi sebagai "ancaman nyata jangka panjang untuk AS."
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016