Jakarta (ANTARA News) - Mantan pebulu tangkis Susy Susanti mengatakan bahwa atlet-atlet di sektor tunggal putri harus kerja keras menjelang Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Tunggal putri Indonesia saat ini masih harus berjuang untuk memperoleh tiket Olimpiade hingga penutupan kualifikasi Olimpiade pada Mei nanti. Maria Febe Kusumastuti masih berada di peringkat 20 (poin 42881) diikuti Lindaweni Fanetri pada peringkat 24 (poin 40490).
"Bukan mengecilkan tapi saat ini (tunggal putri) butuh proses untuk pembinaan. Maka, mereka harus kerja keras untuk mengejar," kata Susy usai acara Audisi Umum Djarum Bulu Tangkis 2016 di Bandung, Senin (14/3).
Menurut Susy, persaingan di sektor tunggal putri kini sudah merata, tidak hanya dikuasai oleh pemain-pemain China.
"Tetapi justru kesempatan lebih terbuka," ujarnya.
"Menjelang Olimpiade, mereka harus pilih pertandingan agar mendapat poin besar, bukan maksud untuk menghindari lawan tapi sebaiknya cari turnamen yang tidak banyak diikuti pemain China misalnya," jelas Juara Olimpiade Barcelona 1992 itu.
Secara khusus, Susy menilai bahwa Lindaweni sudah menunjukan prestasi yang baik saat Kejuaraan Dunia hingga dia bisa menembus babak semifinal, mengakhiri catatan buruk tunggal putri selama 20 tahun di turnamen bergengsi tersebut. Tunggal putri terakhir yang menjadi semifinalis di Kejuaraan Dunia adalah Susy pada tahun 1995.
Namun, menurut Susy, setelah itu penampilan Lindaweni kembali menurun.
"Di Kejuaraan Dunia 2015 dia bisa tembus secara teknik. Sekarang tinggal tekad Linda sendiri, harus dijaga konsistensinya," ungkap Susy.
"Linda punya mindset yang kadang-kadang takut pada diri sendri. Dia memang pernah punya cedera sehingga membuatnya banyak berpikir, takut-takut, tetapi itu jadi bumerang untuk dia sendiri," tambahnya.
Untuk Maria Febe, lanjut Susy, mempunyai semangat juang yang cukup tinggi.
"Dia punya semangat juang yang tinggi tetapi secara power masih kurang, cara bermainnya juga monoton sehingga mudah terbaca," jelas Susy.
Pewarta: Monalisa
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016