Medan (ANTARA News) - Perum Bulog membeli dan melakukan operasi pasar atau menjual cabai merah di pasar Medan untuk mengendalikan harga komoditas itu yang terus bergerak naik hingga Rp60.000 per kg.
"Bulog sudah beli cabai merah petani yang sedang panen di Kabanjahe, Kabupaten Karo dan menjual ke pasar Medan untuk mengendalikan harga di pasar kota itu yang lagi melonjak tajam," kata Kepala Perum Bulog Sumut, Fatah Yasin di Medan, Senin.
Dia menjelaskan, harga beli cabai merah Bulog ke petani/pedagang di Kabanjahe Rp42.000 per kg atau lebih tinggi dari harga rata-rata di tingkat petani yang berkisar Rp40.000 per kg.
Sementara harga cabai di pasar Medan dijual Bulog seharga Rp44.000 per kg atau di bawah harga pasar yang sudah mencapai Rp60.000 per kg.
"Langkah Bulog membeli hasil panen itu diharapkan membuat petani tetap untung dan sebaliknya tindakan menjual ke daerah yang sedang kekurangan pasokan bisa menolong konsumen melalui tindakan pengendalian harga," katanya.
Fatah Yasin mengakui, pembelian cabai merah yang dilakukan Bulog ke Kabanjahe masih sekitar 100 kg dan akan dilakukan terus ke daerah lain yang sedang panen dan sebaliknya akan melepas ke daerah yang kekurangan seperti Medan.
"April tahun 2015, Bulog juga sudah melakukan OP cabai merah. Bedanya pembelian dilakukan di Kabupaten Batubara yang sedang panen serta melakukan OP di Sibolga yang kala itu mengalami lonjakan harga," katanya.
Kala itu, ujar dia, harga beli cabai merah Bulog sebesar Rp18.500 per kg atau lebih tinggi dari harga jual petani yang sedang panen Rp17.000 per kg dan melakuan OP di Sibolga seharga Rp20.000 per kg dari harga di pasar yang paling murah Rp24.000 per kg.
Langkah Bulog itu diharapkan bisa menekan angka inflasi di Sumut.
Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut, Difi A Johansyah, menyebutkan, TPID terus berupaya melakukan pengendalian harga di pasar agar bisa menekan inflasi.
Upaya keras semakin dilakukan karena pada Februari 2016, Sumut masih mengalami inflasi dari prediksi awal mengalami deflasi.
Meski inflasi di Februari semakin rendah atau 0,27 persen secara bulanan, kondisi itu, katanya, perlu dicermati karena tidak lazim atau berbeda dengan pola historisnya yang selalu deflasi seperti di Februari 2015 yang 1,38 persen.
"Salah satu langkah pengendalian harga yang dilakukan TPID adalah pengamanan kelancaran distribusi barang dan akan ada OP (operasi pasar) oleh Bulog," kata Difi yang Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut itu.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016