"Kami diminta mengemas budaya Indonesia tanpa menggunakan bahannya itu sendiri, misalnya tanpa menggunakan tenun," kata Pratiwi saat dihubungi Antaranews di Jakarta, Senin.
Perempuan yang belajar desain sejak usia 19 tahun ini mengatakan, ia mencari inspirasi dari sebuah foto yang diambil oleh ibunya, yang memang seorang fotografer.
Foto tersebut menggambarkan tentang sekumpulan anak yang sedang bermain di Lembata, Nusa Tenggara Timur, dan mengenakan pakaian hitam khas daerah tersebut dikelilingi pemandangam alam yang indah.
Akhirnya, Pratiwi mengaplikasikan foto tersebut di atas kain lurik hitam khas Jawa, dibentuk dan dijahit dengan tangannya sendiri.
"Jadi, aku pakai kain lurik hitam, tapi jahitannya pakai warna warni. Kenapa pakai lurik, aku juga sekaligus ingin mempromosikan kain lurik," ujar Pratiwi.
Menurutnya, di tengah anggapan yang mengecilkan, kain lurik khas kebudayaan Jawa memiliki kualitas yang sangat baik dan bisa dipakai dalam keseharian.
Pratiwi menilai, Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat kaya untuk bisa dikembangkan dalam fashion.
Ia bahkan optimistis, Indonesia mampu menjadi juara dalam persaingan industri fashion berbasis kebudayaan di dunia.
"Budaya kita kaya dan berbeda. Itu bisa menjadi modal untuk bersaing di fashion global," ujar Pratiwi.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016