Cianjur (ANTARA News) - Harga cabai di pasar tradisional di Cianjur, Jawa Barat, melambung tinggi dari Rp50 ribu perkilogram naik menjadi Rp80 ribu perkilogram karena minimnya stok, hal yang sama terjadi pada harga sejumlah komoditas sayur mayur lainnya seperti tomat, kol dan berbagai jenis bawang.
Sejumlah pedagang, Senin mengungkapkan, bencana banjir yang melanda Kabupaten Bandung dan sejumlah daerah di Jawa, memicu kenaikan harga cabai di sejumlah pasar tradisional karena selama ini, Bandung dan beberapa kabupaten di Jawa, merupakan daerah pemasok sayuran ke Cianjur.
"Sejak tiga hari terakhir kenaikan harga cabai berbagai jenis melonjak drastis, cabai jenis Tanjung mengalami kenaikan paling drastis dari Rp 50 ribu perkilogram menjadi Rp 80 ribu perkilogram. Cabai domba dari Rp 40 ribu perkilogram menjadi Rp 70 ribu perkilogram, sedangkan cabai rawit dari Rp 20 ribu menjadi Rp 50 ribu perkilogram," kata Hidayat (32) seorang pedagang sayuran di Pasar Induk Pasir Hayam.
Dia menjelaskan, kenaikan terjadi pada komoditas lain seperti bawang merah dan putih, kol, tomat dan komoditas sayuran lainnya dengan kisaran kenaikan rata-rata dua kali lipat dari harga sebelumnya.
"Kenaikan harga karena pasokan dari luar daerah seperti dari Bandung dan Banyuwangi terhambat karena wilayah tersebut dilanda banjir," katanya.
Dia memperkirakan harga tersebut masih akan terus naik karena informasi dari pemasok cabai akan berkurang karena pasokan dari petani menyusut akibat bencana banjir.
"Banyak pembeli yang jadi tidak membeli setelah tahu harganya naik, kalau kami pedagang hanya mengikuti tren pasar," katanya.
Sementara sejumlah pembeli mengurungkan niatnya untuk membeli cabai ketika mendapati harga cabai yang melambung tinggi. Bahkan beberapa orang diantaranya hanya membeli beberapa ons cabai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Karena masih ada sisa di rumah, saya hanya membeli setengah kilogram cabai yang harganya terus meroket. Kata pedagang harga naik karena stok minim dari petani. Harapan saya harga cabai kembali normal karena ini cukup menyulitkan warga terutama pemilik warung nasi," kata Imas (45) seorang pembeli.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016