Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, segera menuntaskan Front End Engineering Design (FEED) proyek pembangunan pipa bahan bakar minyak (BBM) di Pulau Jawa sepanjang 956 kilometer.
"Mudah-mudahan akhir tahun ini konstruksi sudah bisa dimulai karena harus proses lelang dulu dan menyesuaikan dengan phasing out anggaran investasi 2016 yang disetujui," ujar Vice President Technical Services Direktorat Pemasaran Pertamina, Sofyan Yusuf dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Sofyan mengatakan pada tahap awal, Pertamina akan membangun pipa sepanjang 401 km, yakni Lomanis-Rewulu sepanjang 180 km, Lomanis-Tasikmalaya 128 km, dan Cikampek-Plumpang II sepanjang 93 km.
Nilai investasi dari pembangunan pipa BBM pada tiga jalur tersebut masih dalam perhitungan. Lahan untuk jalur pipa menurut rencana menggunakan lahan eksisting Cirebon-Bandung dan Cilacap-Yogyakarta, selain memanfaatkan lahan di sisi jalur kereta api. Pipa yang dibangun nantinya mengalirkan BBM jenis premium, diesel, pertalite, dan pertamax.
"Jalur pipa nantinya multipurporse. Kami juga akan memprioritaskan local content sepanjang material tersedia di dalam negeri dan harganya cukup kompetitif," ujarnya.
Pertamina berencana menambah jaringan pipa untuk menyalurkan BBM saat ini yang sepanjang 1.283 kilometer. Total kebutuhan pengembangan pipa di seluruh Jawa mencapai 2.239 kilometer.
Selain untuk mendukung pipa yang sudah ada, penambahan jaringan pipa ini untuk mengantisipasi risiko pendistribusian BBM ke pelosok daerah.
Risiko menggunakan truk untuk mendistribusikan BBM lebih besar karena masalah kemacetan di jalan raya dan potensi bahaya kebakaran. Untuk membiayai pembangunan pipa tersebut, Pertamina memperkirakan kebutuhan dana sebesar 400 juta dolar AS, termasuk biaya pembebasan lahan di sekitar jalur pipa.
Wianda Pusponegoro, Vice Presient Corporate Communication Pertamina, mengatakan penambahan jaringan pipa itu merupakan bagian dari rencana jangka panjang Pertamina untuk meningkatkan cadangan BBM nasional.
Apalagi, hingga saat ini Indonesia belum memiliki cadangan penyangga energi nasional. Hanya ada cadangan operasional Pertamina selama 22 hari untuk BBM dan 12 hari untuk LPG. "Tanpa cadangan penyangga, ketahanan energi Indonesia bisa terancam," katanya.
Menanggapi rencana pembangunan pipa BBM tersebut, pengamat energi dari Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan pembangunan pipa BBM oleh Pertamina sangat bagus bagi ketahanan energi dan perekonomian nasional. Dampak utama terbesarnya bagi masyarakat di sekitar area proyek adalah penciptaan lapangan kerja pada saat proses pipanisasi tersebut.
Menurut Komaidi, pembangunan pipa BBM dari sisi biaya dan waktu distribusi juga akan lebih baik. Apalagi dengan kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dan besarnya investasi untuk pembangunan pipa akan memberikan dampak signifikan bagi perekonomian.
"Pembangunan pipa BBM akan meningkatkan efisiensi Pertamina, khususnya dalam distribusi BBM, jika dibandingkan menggunakan truk-truk tangki BBM sehingga semakin cepat proyek tersebut direalisasikan akan lebih baik buat Pertamina," katanya.
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016