Secara singkat novel itu diperkenalkan dengan sebuah ringkasan "kisah seekor monyet yang ingin menikahi Kaisar Dangdut".
Novel tersebut menjadi novel keempat Eka setelah "Cantik Itu Luka" (2002), "Lelaki Harimau" (2004) dan "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas" (2014).
Eka mengaku novel tersebut merupakan hasil karya kerja penulisan sejak 2008 dan hampir delapan tahun lamanya.
"Ini boleh dikatakan sebuah fabel, tapi fabel yang bukan untuk anak kecil melainkan pembaca dewasa," kata Eka.
Sebab dalam novel 16 bab tersebut, bukan hanya berisikan kisah hewan-hewan yang bisa berbicara satu sama lain, tetapi juga sejumlah benda yang juga memiliki sudut pandang tertentu tentang kejadian keseharian.
"O" menjadi buku kedelapan Eka yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, setelah "Corat-Coret di Toilet" (kumpulan cerpen, 2000), "Cantik Itu Luka" (2002), "Lelaki Harimau" (2004), "Gelak Sedih" (kumpulan cerpen, 2005), "Cinta Tak Ada Mati" (kumpulan cerpen, 2005) dan "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas" (2014).
"Cantik Itu Luka" sudah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa di seluruh dunia, sementara "Lelaki Harimau" yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Inggris, Italia, Korea, Jerman dan Prancis sukses mengantarkan Eka ke jajaran sastrawan dunia hingga ia dinobatkan sebagai salah satu dari 100 pemikir paling berpengaruh di dunia menurut 2015 Jurnal Foreign Policy.
Selain itu, baru-baru ini "Lelaki Harimau" dinominasikan dalam ajang sastra bergengsi, The Man Booker International Prize yang menempatkan Eka sejajar dengan penulis kenamaan dunia, seperti Orhan Pamuk dan Kenzaburo Oe.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016