"Kemunculan titik panas (hotspot) di Riau masih fluktuatif. Hingga saat ini belum berpengaruh terhadap kondisi kualitas udara di Sumbar," kata Kepala BMKG Stasiun GAW Bukit Kototabang, Edison, saat dikonfirmasi dari Bukittinggi, Minggu.
Ia menyampaikan, kondisi kualitas udara Sumbar saat ini dalam kategori baik dan tetap harus mewaspadai kondisi ke depan.
Sementara berdasarkan pantauan Satelit Terra&Aqua (Modis) pada Minggu (13/3) pukul 6.30 WIB terpantau sebanyak 25 titik panas di Pulau Sumatera.
"Pagi ini terpantau sebaran 22 titik panas berada di wilayah Riau dan tiga di Provinsi Aceh dengan tingkat kepercayaan 71 sampai 100 persen," sebutnya.
Artinya, titik panas tersebut memang ditimbulkan karena kebakaran hutan dan lahan, bukan dari peristiwa kebakaran lainnya.
Berdasar pantauan Satelit NOAA-18 terpantau sebanyak dua titik panas di wilayah Riau.
"Sejauh ini, informasi dari Riau sendiri, pemadaman kebakaran dilakukan cukup intensif oleh pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dengan pihak terkait lainnya sehingga diharapkan kebakaran tersebut tidak berdampak lebih luas," ujarnya.
Andre (33) warga Bukittinggi berharap kebakaran hutan yang terjadi di Riau tidak berimbas negatif pada kualitas udara di Sumbar seperti beberapa waktu lalu.
"Banyak aktifitas yang terganggu jika kabut asap seperti beberapa waktu lalu kembali terjadi. Mudah-mudahan, api segera bisa dipadamkan," katanya.
Pewarta: Eko Fajri
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016