Kopi Indonesia memiliki cita rasa yang strong dibandingkan kopi yang ada di Eropa."

Berlin (ANTARA News) - Minuman tradisional dari Indonesia, seperti wedang jahe dan kopi tahlil diserbu pengunjung Paviliun Indonesia di Bursa Pariwisata Internasional (Internationale Tourismus-Börse/ITB) Berlin, Jerman, Jumat waktu setempat (Sabtu WIB).

"It's Amazing (ini menakjubkan)," demikian pujian yang disampaikan salah seorang pengunjung pojok kopi (coffee corner) Paviliun Indonesia di ITB Berlin.

Dalam kegiatan di Kompleks Pameran (Berlin Messe) dari tanggal 9 sampai 13 Maret 2016 itu, peracik (mixologist) dari The Darmawangsa Jakarta, Erwin Perdana Warman, kepada ANTARA News mengemukakan bahwa para pengunjung umumnya dari Eropa sangat menyukai minuman tradisional yang disajikan Kementerian Pariwisata RI.

Dikatakannya, minuman tradisional yang disajikan paviliun Indonesia banyak disukai pengunjung karena bercita rasa khas Nusantara yang kaya rempah-rempah, selain juga berkhasiat, seperti untuk melawan penyakit kanker, kolesterol, sakit tenggorokan, flu, diet, dan juga masalah kewanitaan.

"Selama penyelenggaraan ITB Berlin kami menampilkan Kopi Tahlil dari Pekalongan yang hanya dijumpai pada saat acara tahlilan di pesantren di daerah Pekalongan. Terbuat dari ramuan kopi yang dicampur dengan jahe, kapulaga, cengkeh, pandan, kayu manis dan lada," ujarnya.

Kopi Tahlil di kalangan masyarakat pesantren dikenal sebagai minuman penjaga stamina tubuh, terutama mengatasi rasa kantuk saat menjalani ibadah.

Selain itu, ia mengemukakan, juga ditampilkan Bir Pletok yang pernah dipopulerkan Presiden Pertama RI, Soekarno (Bung Karno) dalam Asian Games 1962 di Jakarta.

Sajian di Paviliun Indonesia dalam ITB Berlin racikan Bir Pletok campuran dari bahan bir, orange liqueur dan vodka.

Ia mengemukakan, Wedang Jahe khas Jawa Tengah yang disajikan terbuat dari jahe, gula jawa, sereh, Sedangkan, wedang martini merupakan paduan antara wedang jahe ditambah malibu dan vodka.

Ada juga Kopi Gayo Martini campuran kopi, brandy dan kahlua. Sedangkan, minuman TNT adalah ramuan dari turmeric, tamarind (asam), rum, cointreau.

Ia juga menyajikan minuman Kunyit Secawan terdiri dari turmeric dan tamarind (asam), wedang jahe, orange juice, leci dan passion fruit. Selain itu, minuman Roejak Mercon paduan dari nenas, orange, lime dan chili (cabe).

Menurut Erwin, yang dibantu asisten Khair Zarrah, seluruh bahan untuk membuat minuman dibawa dari Indonesia berupa rempah-rempah, gula jawa, sirup asli, jahe dan kunyit.

Pengunjung mengakui sangat terkejut terhadap cita rasa minuman yang disajikan, dan ada beberapa yang ibarat melepas rindu dengan minuman wedang jahe dan kunyit asam.

"Ada juga yang takjub dengan rasa dan keuntungan yang terkandung di dalam minuman yang disajikan," ujarnya menambahkan.

Sementara itu, Deryl Juniar dari Bills Coffee Company mengungkapkan bahwa dalam ITB Berlin menyajikan kopi Indonesia sebanyak empat macam yang berbeda lokasi kebun maupun cita rasanya.

"Saya membawa dan menyediakan empat jenis kopi yang berbeda, mulai dari kopi Java, kopi Toraja, Aceh Gayo, dan kopi Sumatra Mandailing dan Sidikalang," ujarnya.

Dikatakannya, keempat macam kopi tersebut berbeda karakter dan kualitas, serta sudah diakui masyarakat dunia penggemar dan peracik kopi (barista) karena dinilai bercita rasa kuat (strong).

"Kopi Indonesia memiliki cita rasa yang strong dibandingkan kopi yang ada di Eropa. Kopi sebaiknya dinikmati tanpa gula karena aroma dan cita rasa kopi akan lebih terasa," ujarnya.

Deryl, yang masuk dalam delegasi Kementerian Pariwisata RI, mengemukakan bahwa dalam mempromosikan kopi Nusantara, ternyata banyak pengunjung yang bertanya tentang asal usul kopinya.

Pada umumnya para pengunjung rela antre untuk mencicipi kopi sidikalang, Sumatra Utara, karena saat ini produknya sedang meningkat.

"Kopi yang khusus didatangkan dari daerah masih berupa kopi mentah dan baru diolah di Jakarta untuk bisa disajikan langsung kepada pengunjung," ujarnya.

Ia pun berharap, ITB Berlin bisa mengembangkan promosi Indonesia dan tujuan pariwisata ke berbagai daerah Nusantara sekaligus menjadikan kopinya sebagai gaya hidup internasional.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016