"Dari hasil pemantauan yang kami lakukan, beberapa kali sekumpulan awan tebal yang bergerak ke daratan kota Makassar gagal menembus daratan dan pecah di pinggir laut," ujar Kepala Stasiun Klimatologi Kelas l Maros - Makassar Balai Besar BMKG Wilayah IV Makassar, Abdul Mothalib di Makassar, Jumat.
Dia mengatakan, pihaknya beserta beberapa petugas lainnya yang terus memantau perkembangan dan lalu lintas awan di seputar Maros dan Makassar itu melihat langsung fenomena alam tersebut.
Padahal, awan tebal yang membawa curah hujan tinggi ini sangat berpotensi membuat Kota Makassar mengalami kebanjiran jika memang berhasil menembus Kota Makassar.
Menurut Abdul Mothalib, kondisi alam ini kemungkinan akibat suhu yang terjadi di atmosfer, yakni di permukaan laut yang lebih dingin dan masuk ke daratan Makassar yang lebih hangat, akibatnya awan lebih banyak pecah di laut.
"Kita tidak tahu kenapa fenomena ini terjadi beberapa kali, padahal jika awan tebal itu berhasil tembus ke daratan, potensi banjir sangat mungkin terjadi di Makassar, tapi Alhamdulillah, inilah kekuasaan Allah," lanjutnya.
Terkait perkembangan kondisi cuaca di kota Makassar, Abdul Mothalib menjelaskan jika Makassar saat ini sedang mengalami masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau.
Menurutnya, fase ini menyebabkan curah hujan kerap mengalami dan terjadi di sejumlah titik dan tidak menyeluruh di seluruh wilayah Makassar.
"Biasanya lebih banyak terjadi di sore hari dan malam hari. Karena interval hujan tidak merata," lanjutnya.
Bukan hanya itu, fenomena alam lainnya yang juga cukup mencengangkan warga Makassar saat Pemkot Makassar menggelar festival gerhana matahari 2016 "Battu Ratema Ri Bulang" di anjungan Pantai Losari, Rabu lalu.
Sebuah lafal Allah juga tiba - tiba saja tertulis di langit Makassar pada pukul 08.35 WITA, bertepatan pada puncak gerhana matahari 88 persen.
Lafal Allah ini berhasil diabadikan oleh beberapa fotografer di Makassar. Foto yang beredar luas di internet ini, memperlihatkan bias - bias cahaya gerhana matahari yang membentuk lafal Allah di langit yang sedang gelap.
Pewarta: M Hasanuddin
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016