"Saya prihatin. Kita kok berpikir ekspor saja. Kita tidak berpikir misalnya finishing product. Masa kita impor dari negara tetangga," kata Oesman saat memberikan sambutan dalam rapat umum anggota Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) di Jakarta, Kamis.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan hal senada. Dia mengatakan, sudah saat industri memikirkan pengolahan kopi sehingga ada nilai tambah untuk devisa negara.
"Yang dipikirkan (jangan) hanya perdagangan saja, tetapi bagaimana mengolah kopi sehingga ada nilai tambah pada devisa. Kita sama-sama dengan pelaku usaha kopi, bagaimana mengolah kopi sehingga yang dieskpor itu olahannya," kata Saleh.
Selain itu, menurut Oesman, pengusaha juga tidak seharusnya khawatir pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), karena Indonesia memiliki kelebihan dan potensi yang sangat besar menguasai produk dan market ASEAN, Asia bahkan global.
"Sekali lagi saya tekankan, jangan mikirin lagi soal ASEAN market atau MEA. Kita pangsa pasar yang sangat besar kok, ngapain kita takut. Yang ada kita harus memikirkan untuk memakmurkan bangsa kita sendiri dulu, tingkatkan produksi dan kualitas untuk kebutuhan pasar dalam dan luar, jika sudah makmur baru kita memikirkan soal Asean Market," kata dia.
Untuk itu, lanjut Oesman, pengusaha dan pelaku industri terutama di bidang pertanian, perkebunan seperti kopi perlu mendukung kesejahteraan petani. Pengusaha tidak akan besar jika petani tidak diperhatikan.
"Organisasi kopi harus betul-betul peka terhadap anggota, produsen dan petani. Kalau petani tidak didukung, nanti yang beli asing. Kita kan bukan (berorientasi pada) ekspor finishing product. Ini harus dipaksakan setidaknya semi finishing product agar terangkat harganya," tutur dia.
"Harus bangun industri semi finishing product atau finishing product. Asosiasi bertanggung jawab atas hal itu. Kita dorong minimal semi finishing product (kopi)," tambah Oesman.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016