Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta mempunyai rumus yang ia sebut "5S" untuk membantu memajukan industri kopi di Indonesia.
Rumus "5S" tersebut yakni strategi, struktur, skill, sistem, kemudian speed dan target.
"Pertama 'strategi' yakni strategi mendorong pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung sektor perkopian di Indonesia. Kita wajib menekan Menteri Perindustrian mendukung melalui kebijakan-kebijakan," kata Oesman di Jakarta, Kamis.
Selanjutnya adalah struktur kelembagaan organisasi yang terkait dengan perkopian harus diperkuat, salah satunya melalui Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI).
Kemudian, meningkatkan kemampuan atau skill para petani memproduksi kopi. Pemerintah, menurut Oesman perlu menyediakan sarana pelatihan bagi petani.
"Keempat, yakni perlunya sistem mengelola kopi yang tidak boleh merugikan salah satu pihak. Sistem ini harus dapat menjaga kepentingan nasional, khususnya dalam hadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN," tutur Oesman.
Terakhir, lanjut dia adalah 'speed dan target'. Indonesia harus bisa menentukan kapan menjadi penghasil kopi terbesar dan terbaik di dunia.
"Kita harus menentukan kapan menjadi penghasil kopi terbesar dan terbaik di dunia. tentukan kapan menjadi penghasil kopi terbesar dan terbaik di dunia," ujarnya.
Ia pun menegaskan perlunya asosiasi industri dan pengusaha kopi tak hanya berorientasi pada ekspor tetapi juga berpikir mengembangkan produk kopi jadi atau setidaknya semi jadi.
Selain itu, menurut Oesman, pengusaha juga tidak seharusnya khawatir pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), karena Indonesia memiliki kelebihan dan potensi yang sangat besar menguasai produk dan pasar ASEAN, Asia bahkan global.
"Kita pangsa pasar yang sangat besar kok, ngapain kita takut. Yang ada kita harus memikirkan untuk memakmurkan bangsa kita sendiri dulu, tingkatkan produksi dan kualitas untuk kebutuhan pasar dalam dan luar, jika sudah makmur baru kita memikirkan soal ASEAN market," kata dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016