Jakarta (ANTARA News) - Setiap hari, 1,3 miliar orang dan 9 miliar sensor berinteraksi satu sama lain dengan cara yang menakjubkan.

Petani memberi makan miliaran di seluruh dunia melalui presisi pertanian - menghilangkan deplesi tambahan sumber daya alam yang sudah mulai langka. Pelanggan bersama-sama berkumpul untuk mengubah resep berusia 130 tahun dari sebuah minuman ringan yang populer demi terciptanya gizi yang lebih baik.

Ini adalah kebenaran tak diragukan lagi bahwa hyperconnectivity dan data yang dihasilkannya tengah mentransformasi hidup kita dan memutarbalikkan dunia bisnis.

Menurut studi The Economist Intelligence Unit (EIU), "Dampak Hyperconnectivity Pada Organisasi Anda," kami hanya dapat mengupas permukaan ketika membicarakan kenyataan mengenai potensi penuh dari Ekonomi Digital. Bisnis yang berhasil menggabungkan hyperconnectivity ke dalam strategi mereka akan lebih mungkin untuk mengalami kolaborasi yang lebih efisien di seluruh divisi dan geografi, menerapkan pendekatan organisasi data-driven, dan mempercepat proses. Namun, manfaat nyata terletak pada transformasi yang dilakukan di seluruh bagian perusahaan.

Ekonomi Digital Langkah Penting

Melampaui bagaimana mesin, orang, proses, dan hal-hal terhubung satu sama lain, beberapa bisnis yang membuktikan bahwa Ekonomi Digital tengah memutarbalikkan dunia bisnis. Dalam studi EIU, 59% di seluruh dunia menyebutkan merangkul hyperconnectivity sebagai keharusan untuk menyelaraskan kecepatan dengan permintaan pasar yang senantiasa berubah - dan 69% klaim bahwa kegagalan untuk beradaptasi membawa risiko yang cukup besar dan peluang yang hilang.

Di sini, di Indonesia, sebuah laporan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Pusat Penelitian Studi Komunikasi di Universitas Indonesia, menyatakan bahwa pada akhir tahun 2014, Indonesia sudah memiliki 88.700.000 pengguna internet mobile dan jumlah ini akan secara konsisten meningkat menjadi 112 juta pengguna internet mobile, pada tahun 2017. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi digital baru. Hal ini diperkuat oleh populasi penduduk Indonesia yang masih muda dan terus berkembang, yang berpotensi mencapai jumlah 280 juta orang pada tahun 2030, memberikan kontribusi rata-rata tahunan pertumbuhan ekonomi 2,4% sampai saat itu.

Seiring dengan populasi penduduk Indonesia yang terus berkembang, keterikatannya dengan media sosial pun akan turut mengalami perkembangan. Tren media sosial ini sangat populer di kalangan kelas menengah, suatu hal yang dianggap oleh para pemimpin bisnis sebagai fenomena positif. Selain dari pertumbuhan yang cepat dan kecanggihan yang tak terbantahkan, tren ini menyajikan peluang besar dalam melayani konsumen yang terhubung secara digital.

Pemerintah Indonesia dan para pemangku kepentingan perlu bekerja lebih erat untuk mendorong pertumbuhan Ekonomi Digital secara berkelanjutan. Indonesia kini mulai mengejar ketinggalan dengan negara-negara yang berfokus pada ekonomi digital, dengan terlebih dahulu meningkatkan penyelenggaraan infrastruktur broadband, termasuk broadband tetap dan bergerak, dan penerapan teknologi empat generasi (4G). Target RPI (Rencana Pitalebar Indonesia) adalah untuk mentransformasi sebanyak 135 kota dan kabupaten pada tahun 2019 sebagai warisan presiden saat ini. Hal ini akan semakin mendorong pertumbuhan Indonesia sebagai negara digital.

Ekonomi Digital tidak hanya meratakan lapangan persaingan, tetapi juga setiap bisnis dari berbagai ukuran, industri, dan wilayah. Berikut adalah empat area di setiap bisnis yang merespon dengan baik terhadap kecepatan yang bertambah, kolaborasi, dan wawasan yang diakibatkan oleh hadirnya hyperconnectivity:

1. Strategi dan pengembangan bisnis
Secara tradisional, memasuki ke pasar internasional dianggap sebagai langkah berisiko. Sekarang, banyak bisnis mengambil keuntungan dari penghapusan hambatan yang pernah mengurungkan niat mereka.
Menurut studi EIU, meskipun 39% masih khawatir bahwa bergerak maju akan menempatkan tekanan pada pasar yang telah mapan, hampir setengah dari responden setuju bahwa rencana mereka untuk ekspansi global adalah cara strategis untuk bersaing dengan permintaan yang selalu berubah dari saluran digital . Selanjutnya, tahu ke mana harus pergi berikutnya hanya semakin mudah - 40% akan lebih mampu untuk menentukan daerah baru yang cocok matang untuk penawaran mereka saat ini.

2. Pengembangan produk
Pelanggan masa kini memiliki suara lebih besar dalam bagaimana produk dibuat dan dikirimkan daripada sebelumnya. Tetapi di masa depan, kita akan melihat bagaimana hubungan pelanggan dan bisnis akan lebih dekat melalui saluran digital. Studi EIU melaporkan bahwa lebih dari 50% responden berencana untuk menyesuaikan produk dan layanan untuk memenuhi kebutuhan individu. Yang lebih mengejutkan adalah 41% yang meramalkan mengintegrasikan pelanggan dalam ke proses pengembangan produk.

Namun, sumber utama tekanan kompetitif tidak datang dari pelanggan. Sebaliknya, itu adalah penawaran digital dari pesaing mapan yang paling signifikan. Lebih dari setengah (57%) mengaku telah mengalami tekanan kompetitif “moderat” atau “parah” sebagai akibat dari penawaran digital dari pesaing mapan. Dan sepertinya tidak dapat terlihat bahwa tekanan ini akan mereda - dengan 69% mengharapkan persaingan yang cukup besar dari para pesaing yang sama.

3. Supply chain
Penghematan biaya yang signifikan - setidaknya untuk 35% dari responden menyatakan studi EIU. Seiring dengan semakin banyaknya bisnis yang merebut kesempatan untuk memperluas bisnis mereka, 38% juga menemukan bahwa hyperconnectivity memberdayakan mereka untuk bekerja dengan baik dengan pemasok internasional.
Mengapa? Ekonomi Digital tidak hanya membuka pintu untuk setiap pemasok di seluruh pelosok dunia, tetapi juga membuka pembeli untuk produk Anda. Akibatnya, bisnis akan lebih selektif tentang pemasok yang mereka pilih (39%) dan meningkatkan berbagai bahan yang dibeli melalui rantai pasokan (27%).

4. Sumber Daya Manusia
Dalam studi EIU, dampak yang paling banyak dikutip dari hyperconnectivity adalah percepatan proses bisnis. Bahkan, 46% menunjukkan proses otomatisasi bisnis sebagai respon paling diadopsi untuk keterkaitan data, proses, dan hal-hal lainnya. Di masa depan, hampir setengah dari responden percaya bahwa hyperconnectivity dapat membantu organisasi mereka menjadi lebih lincah dan inovatif sementara mengurangi kontrol terpusat.

Ambil contoh, PT Kereta Api Indonesia (Persero). Badan Usaha Milik Negara Indonesia berusia 151 tahun tersebut yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api di Indonesia, tengah melakukan pencocokan model bisnis dengan proses bisnis yang ditimbulkan oleh dunia digital.

Dengan menyederhanakan layanan melalui hyperconnectivity, PT Kereta Api Indonesia (Persero) tengah membangun kepercayaan pelanggan dengan memberikan apa yang paling disukai pelanggan - layanan pelanggan yang handal, responsif, dan harga yang bersaing.

Visi IT PT Kereta Api Indonesia adalah menjadi pengemudi bisnis dalam mewujudkan visi perusahaan dari transformasi menjadi penyedia layanan kereta api terbaik. Untuk mencapai visi tersebut, manajemen perusahaan beralih ke solusi SAP untuk mendorong bisnis mereka dengan menerapkan solusi kunci ERP untuk Proyek Railstar mereka, untuk memungkinkan perbaikan pemeliharaan prasarana kereta api. Dorongan untuk perbaikan ini memungkinkan perubahan yang efektif untuk administrasi dan proses pelaporan keuangan, serta manajemen yang lebih baik atas penerimaan dan pembayaran, meningkatkan efisiensi mereka.

Tidak peduli setiap kali Anda mengubah, mengotomatisasi, atau mempercepat proses, orang-orang selalu berada pada pusat transformasi tersebut. Dengan pengaruh hyperconnectivity, lebih dari sepertiga telah memperkenalkan pelatihan digital untuk mendukung pergeseran seperti proses otomatis bisnis (46%), fungsi yang didapatkan melalui outsourcing (33%), dan praktek-praktek pembangunan tangkas (39%). Namun, ini tampaknya merupakan awal dari sesuatu yang lebih besar.

Studi EIU juga menunjukkan bahwa 39% berharap untuk meningkatkan manajemen perubahan substansial secara menyeluruh dikarenakan kebutuhan pasar yang terus bergeser. Selain itu, untuk memastikan keterampilan yang tepat tersedia untuk mendukung lingkungan bisnis yang terus berkembang, 37% memprediksi bahwa mereka akan dapat mencocokkan kandidat untuk kesempatan kerja dengan lebih cepat dan lebih efektif.

Era ekonomi digital memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan era sebelumnya. Era ekonomi digital juga era yang tidak bisa kita hindari, mengingat semakin banyak orang terhubung dengan teknologi. Dengan komitmen yang serius dari berbagai pihak, kita dapat memperoleh manfaat besar dari gelombang digital ekonomi.

Penulis: Megawaty Khie, Vice President & Managing Director for SAP Indonesia.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016