Belitung mengalami peningkatan dari 10 ribu wisatawan, menjadi 50 ribu orang karena GMT ini. Ini efek pencapaian dari pemasaran wisata yang diterapkan secara kreatif,"

Tanjung Pandan (ANTARA News) - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan Indonesia berhasil menyedot minat wisatawan domestik dan mancanegara ke wilayah Indonesia yang mengalami gerhana matahari total (GMT) 2016.

"Belitung mengalami peningkatan dari 10 ribu wisatawan, menjadi 50 ribu orang, karena GMT ini. Ini efek pencapaian dari pemasaran wisata yang diterapkan secara kreatif," kata Arief di sela-sela kunjungan kerja soal pariwisata dan GMT di Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Rabu.

GMT, kata dia, bukan merupakan peristiwa baru bagi Indonesia seperti pernah terjadi pada 1983. Tetapi saat itu, justru masyarakat dicegah pemerintah untuk menyaksikan gerhana. Dengan kata lain, gerhana matahari pernah dipandang sebagai sesuatu yang tidak bisa dijual sebagai produk wisata.

"Kita katakan kejadian ini pernah terjadi, tapi tidak kita capitalize, dimanfaatkan sebagai paket mempromosikan potensi wisata," kata dia.

Tetapi, lanjut dia, setelah pemerintah mempromosikan GMT hasilnya memuaskan dan berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan luar negeri dan domestik. Salah satu tolok ukur keberhasilan proses pemasaran yang baik adalah GMT menjadi topik populer di media sosial tingkat dalam negeri dan mancanegara.

Belitung dan Palu, kata dia, juga menjadi terkenal di dunia maya dan termasuk paling diperbincangkan di dunia maya karena GMT.

Arief mengatakan dirinya sangat takjub dengan kebesaran Tuhan saat melihat GMT. Perasaan campur aduk juga menghampiri berikut terharu dan merinding. "Betapa agungnya Tuhan," katanya.

GMT, kata dia, memiliki nilai-nilai kebaikan dan pengalaman yang tidak bisa begitu saja dilewatkan.

"Kalau kita datang ke lapangan tentu berbeda dengan melihatnya dari televisi. Kalau di lapangan kita dapat sensasinya. Ada yang bertepuk tangan, mengucap subhanallah, Allahu akbar, mengucapkan kebesaran Tuhan. Kalau kita nonton di televisi getaran konsentrasi itu kurang. Ini baik untuk anak-anak baik secara spiritual dan ilmu pengetahuan," kata dia.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016